Jaga Citra pariwisata NTB



TARGET 2 juta wisatawan tahun 2015 sebetulnya bukan target yang muluk jika merujuk capaian tahun tahun 2013 lalu. Dari target 1 juta kunjungan, tercapai sekitar 1,3 juta kunjungan wisatawan ke NTB. Trend peningkatan angka kunjungan wisatawan ke NTB tentu merupakan hal yang membangkakan. NTB memiliki peluang berkembang yang sama dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia.

Karena seperti diketahui, mempertahankan, apalagi meningkatkan angka kunjungan wisatawan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua pihak harus berperan sesuai bidangnya masing-masing. Mulai dari pemimpin di daerah ini, hingga masyarakat kecil, termasuk para guide atau pemandu wisata. Sayangnya, guide di NTB, seperti dituturkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB, Drs. L. Imam Maliki, MM., tidak menunjukkan perilaku yang baik.

Sebaliknya perilaku mereka (guide, red) berpotensi merusak citra pariwisata NTB. Meminta fee dari pihak yang dibawakan tamu, menjadi kewajaran dalam dunia bisnis pariwisata. Tetapi pemberian fee hendaknya ada aturan mainnya. Sejumlah daerah tujuan wisata di Indonesia seperti Bali dan Yogyakarta bahkan sudah punya aturan main yang baku terkait fee bagi guide. Sementara di NTB nampaknya aturan itu belum ada, sehingga penentuan besarnya fee masih semau gue.

Biasanya fee untuk guide wisata, antara 5 hingga 10 persen. Tetapi di NTB, oknum guide meminta fee kepada artshop bisa mencapai 50 persen. Tingginya fee yang diminta oknum guide ini jelas membawa dampak yang kurang baik bagi perkembangan pariwisata NTB. Hal ini membuat harga oleh-oleh yang dijual artshop-artshop di NTB terkesan mahal.

Padahal, kesan mahal itu sebagai akibat permintaan fee yang tinggi dari oknum guide. Jika dibiarkan terus berlangsung hal tersebut bukan mustahil bisa menjadi salah satu penyebab wisatawan enggan datang ke NTB. Kalaupun datang, mungkin saja mereka akan berpikir kembali untuk berbelanja di NTB. Padahal, sektor pariwisata juga diharapkan mampu menekan angka kemiskinan.

Parahnya lagi, oknum guide nakal ini hanya akan membawa tamu-tamunya berbelanja di artshop yang mau memberikan fee besar. Untuk itu, harus ada langkah tegas dari pemerintah untuk menyikapi hal ini. Para guide ini sebaiknya memiliki asosiasi sendiri. Sehingga pemerintah daerah secara berkala bisa mengundang mereka untuk diberikan sosialisasi dan pembinaan. Selain itu, artshop seharusnya memang menempelkan harga barang agar tidak ada celah bagi oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab mengelabui wisatawan. Yang jelas, harus ada upaya bersama menjaga citra pariwisata NTB. (*)

Comments

Popular Posts