Dorong Inovasi Parkir Nontunai dengan Mesin EDC

Misban Ratmaji

ANGGOTA Komisi II DPRD Kota Mataram, Misban Ratmaji, SE., meminta Pemerintah Kota Mataram mengkaji penerapan sistem pembayaran parkir menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC) sebagai solusi alternatif dari metode pembayaran tunai maupun QRIS yang selama ini dinilai belum efektif.

 

Dia menyampaikan bahwa penggunaan QRIS sebagai metode utama pembayaran parkir kerap menemui kendala teknis dan praktis di lapangan. Banyak pengguna jasa parkir yang tidak menggunakan QRIS karena dianggap lambat dan mempersulit proses keluar masuk kendaraan, terutama di area yang ramai dan padat.

 

"Kita sudah berkali-kali sampaikan, jangan jadikan QRIS sebagai satu-satunya opsi pembayaran. Orang yang buru-buru justru enggan pakai QRIS. Mereka lebih memilih bayar tunai karena lebih cepat dan praktis," ujar Misban.

 

Sistem pembayaran tunai pun tidak lepas dari kritik. Selain rentan terhadap kebocoran, pencatatan yang tidak transparan sering kali membuat aliran dana parkir tidak langsung masuk ke kas daerah. Sejumlah jukir (juru parkir) dikabarkan lebih memilih menerima uang tunai lalu mentransfer secara manual ke rekening pribadi sebelum akhirnya disetor ke pemerintah daerah.

 

"Selama ini sistem QRIS dan tunai masih rentan disalahgunakan. Uangnya masuk dulu ke rekening pribadi, baru nanti ditransfer ke pemerintah. Itu yang membuat pengawasan sulit dan potensi kebocoran tinggi," tegasnya.

 

Sebagai solusi, politisi Hanura ini meminta Pemkot Mataram menjajaki penerapan sistem EDC atau mesin gesek seperti yang digunakan di perbankan atau bandara. Mesin ini akan terhubung langsung dengan rekening kas daerah sehingga setiap transaksi masuk secara real time, tanpa melalui perantara pribadi.

 

"Mesin EDC bisa menjadi inovasi penting. Dengan sistem ini, siapa pun jukirnya, uang tetap masuk ke kas daerah. Bahkan jika jukirnya berganti atau dipindah ke wilayah lain, tidak ada masalah karena alatnya yang terkoneksi langsung ke pemerintah," terangnya.

 

Biaya investasi mesin EDC disebut cukup terjangkau, berkisar di bawah Rp500 ribu per unit. Mesin ini akan menjadi tanggung jawab jukir atau bisa difasilitasi pemerintah melalui kerja sama dengan pihak perbankan, seperti Bank NTB.

 

"Kita bisa kerja sama dengan bank daerah. Mereka yang siapkan mesin, kita tinggal pakai. Dan ini bukan hal baru, di tempat lain sudah ada yang terapkan. Tinggal kita uji coba di Mataram," imbuh Misban. 

Komentar