Langgar Edaran Wali Kota, Warung Granada Terancam Digusur


Mataram (Suara NTB) -
Sejumlah warung di Jalan Bung Karno yang dikenal dengan warung Granada terancam digusur oleh Pemkot Mataram. Itu menyusul tidak diindahkannya edaran Wali Kota Mataram yang melarang warung dan rumah makan, buka di siang hari pada bulan ramadhan. Terlebih, warung-warung yang menyajikan nasi balap itu menempati tanah orang dan tak memiliki izin.
Demikian disampaikan Wali Kota Mataram, H. Moh. Ruslan, SH., menjawab wartawan di ruang tunggu kantornya, Rabu (2/9) kemarin. Apalagi, razia warung makan itu berujung pada penganiayaan dua orang wartawan TV nasional oleh beberapa preman di sana. Pascainsiden tersebut, Satpol PP Kota Mataram dibawah perintah Wali Kota Mataram, lebih mengintensifkan pengawasan di warung Granada. ''Kalau kejadian itu terulang lagi, semua warung di sana akan saya sapu,'' ancamnya.
Namun kejadian itu, kata dia, ada hikmahnya. ''Keadaan yang sebenarnya bisa terbongkar,'' cetusnya. Wali Kota juga meningkatkan pengawasan terhadap warung-warung maupun rumah makan yang melanggar aturan.
Ruslan mengaku, pedagang yang berjulan di warung Granada itu kebanyakan berasal dari luar Kota Mataram. Masih berlangsungnya aktivitas pedagang di tempat itu, semata-mata sebagai bentuk toleransi Pemkot Mataram kepada mereka yang mencari nafkah dengan berjualan nasi balap di warung Granada.
Terkait penganiayaan dua orang wartawan TV nasional yang tengah meliput razia itu, orang nomor satu di Mataram ini, mendukung langkah korban melaporkan kejadian itu kepada pihak berwajib.
Wali Kota menyebut apa yang dilakukan preman itu terhadap wartawan yang tengah meliput, sebagai tindakan biadab. Dalam hal ini, katanya, dakwah agama penting artinya untuk menggugah kesadaran masyarakat yang tidak taat pada perintah agama dan juga edaran pemerintah.
Di tempat terpisah, anggota DPRD Kota Mataram, Ahmad Tauhid, SHI, juga mengatakan, terkait aktivitas warung dan rumah makan di siang hari, sudah ada edaran wali kota. Edaran itu, menurut dia, harus ditindaklanjuti dengan tindakan nyata. Diharapkan aparat Satpol PP Kota Mataram, tidak hanya melakukan penertiban pada saat tertentu saja, melainkan secara terus menerus.
Berdasarkan edaran wali kota, politisi PKS ini, setuju kalau warung Granada ditutup total di siang hari. Jangan sampai ada peluang pedagang berjualan di luar waktu yang ditentukan. ''Sebaiknya ditertibkan dengan diberikan solusi. Tidak hanya menutup, di satu sisi alasan mereka berjualan untuk mencari nafkah. Kepada pedagang dan pembeli harus diberi pemahaman untuk menghormati bulan Ramadhan. ''Jangan menciderai. Apalagi menciderai wartawan,'' tegasnya.
Ahmad Tauhid menyesalkan adanya kesepakatan yang dibuat Satpol PP Kota Mataram sebagaimana diungkapkan Mustafa, salah seorang anggota Pol PP Kota Mataram, bahwa para pedagang di warung Granada, boleh berjulan di siang hari tapi tidak untuk dikonsumsi di tempat. ''Apa Pol PP bisa mengawasi terus,'' tanyanya.
Kesepakatan yang jelas-jelas melanggar edaran wali kota Mataram itu, ujarnya, sama saja membuka peluang pedagang berjualan seperti biasa. Faktanya, berdasarkan pantauan Suara NTB yang mengikuti razia warung dan rumah makan, Senin (1/9) lalu, di warung Granada, sejumlah pemuda tertangkap basah tengah sarapan. (fit)

Comments

Popular Posts