Meningkat, Konsumsi Daging Sapi Jelang Lebaran


Mataram (Suara NTB) -
Konsumsi daging sapi menjelang lebaran dipastikan meningkat. Namun demikian, masyarakat Kota Mataram tidak perlu khawatir akan kekurangan stok daging. Karena, Dinas Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kelautan Kota Mataram sudah mengambil langkah-langkah antisipasi agar kebutuhan daging untuk warga Mataram terpenuhi dan bisa mengkonsumsi daging yang betul-betul aman serta higeinis.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kelautan Kota Mataram, Ir HL. Mazhuriadi mengatakan hal itu kepada wartawan di kantornya, Selasa ( 8/9) kemarin. Mazhuriadi yang didampingi Kabid Peternakan setempat, drh Dian Riyatmoko menjelaskan, dalam upaya menjamin kehigenisan daging, jagal (petugas potong ternak) disarankan menyembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) yang sudah disedikan.
Di samping itu, petugas dari Kesmapet akan melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu pada ternak dan daging yang akan dijual ke pasaran benar-benar aman untuk dikonsumsi. Para pedagang yang menjual daging sehat sudah mulai menggunakan celemek warna biru, memiliki stempel daging sehat, mengunakna meja stainless, dan memiliki surat jaminan dari RPH bahwa daging yang dijual itu aman untuk konsumen.
Sementara langkah antisipasi ketersedian ternak potong untuk persiapan Idul Fitri, pihaknya, kata Mazhuriadi, sudah memberikan rekomendasi kepada pengusaha dari Bima dan Sumbawa untuk mendatangkan ternak potong khusus guna memenuhi kebutuhan daging di Kota Mataram pada H-1 lebaran sekaligus sebagai upaya menekan harga di pasaran.
Harga daging sapi kelas satu di pasaran saat ini mencapai Rp 70 ribu perkilogram, sementara daging kelas biasa berkisar Rp 60 - 65 perkilogram, tapi pada H-1 lebaran diprediksi harga daging sapi bisa menembus angka Rp 75-80 ribu perkilogramnya. “Dengan didatangkannya ternak potong dari luar Pulau Lombok ketersediaan daging bisa mencukupi sehingga harga pun tidak terlalu tinggi,” tambahnya.
Namun dalam pengiriman sapi ini, Pemkot Mataram juga telah mewanti-wati agar ternak potong yang dikirim bebas dari penyakit berbahaya, seperti antraks dan tetanus. Bahkan dalam pengiriman itu, ternak potong yang akana dikirim harus dilengkapi dengan surat pengantar yang menyatakan bahwa ternak dalam keadaan sehat dan tidak pernah terjangkit penyakit berbahaya dalam enam bulan terakhir.
“Kita juga hanya menerima ternak potong dari kecamatan yang tidak pernah mengalami kaus penyakit membahayakan,” tegasnya. Lebih jauh, Mazhuriadi memperdiksi pemotongan ternak sapi di RPH Majeluk pada H-1 (penampahan) mencapai 100-125 ekor, sementara pemotongan di Gubuk Mamben Sekarbele yang merupakan salah satu basis pemotongan ternak dengan sistem di rumah-rumah bisa mecapai 60-75 ekor.
Untuk menjaga kehigenisan dan keaman daging bagi konsumen aparat dari Dinas setempat akan menurukan petugas di Gubuk Mamben untuk melakukan cek kesehatan terhadap ternak potong dan daging yang dihasilkan, sehingga ada jaminna ke higeenisan daging pada saat ke tangan konsumen.
Selama bulan ramadhan ini, setiap hari pihaknya juga melakukan pemeriksaan daging ulang ke pasar-pasar induk di Kota Mataram seperti di Pasar Mandalika, Cakra, Abian Tubuh, Kebon Roek, Sindu, dan Dasan Agung, namun sekali waktu ke pasar berskala kecil misalnya di Pasar Pagutan dan Karang Jasi.
Namun sampai saat ini aparat belum menemukan kasus-kasus peredaran daging yang dapat merugikan konsumen. Contohnya, daging gelonggongan, daging hasil ternak mati, atau pencampuran daging sapi dan daging babi. Untuk pencampuran penjualan daging sapi dan daging babi ini, pihak Dinas Pertanian yakin tidak akan pernah terjadi di Mataram. (fit)

Comments

Popular Posts