Masuknya Warga Dasan Kolo Tak Hubungannya dengan Pilkada
Mataram (Suara NTB) -
Camat Sekarbela, H. Khalid, menegaskan, diakomodirnya keinginan warga Dasan Kolo, Desa Bajur, Kabupaten Lombok Barat untuk masuk menjadi warga Mataram, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Pilkada Kota Mataram 2010.
Hal itu disampaikan Khalid didampingi Kabag Hukum Setda Kota Mataram, I Nyoman Mustika, SH., bersama Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Mataram, Alwi, S.Sos., dalam jumpa pers di ruang tunggu Wali Kota Mataram, Kamis (15/10) kemarin. Mengapa masyarakat Dasan Kolo ingin menjadi warga Mataram, Khalid mempersilakan pihak yang menuding Pemkot Mataram mengambil Dasan Kolo, untuk menanyakan hal itu langsung kepada warga.
Ditambahkan Alwi, warga Dasan Kolo ingin masuk menjadi warga Mataram, kemungkinan karena melihat perkembangan Mataram. Terlebih, tiga wilayah di Kecamatan Kuranji sudah lebih dulu menjadi bagian dari Kota Mataram. Yakni Mapak Dasan, Mapak Belatung dan Pekandelan. Begitu bergabung menjadi warga Mataram, Pemkot Mataram memang langsung memberikan bantuan sampan dan sejumlah peralatan untuk melaut kepada kelompok nelayan di tiga lingkungan itu.
Sebenarnya secara yuridis dan de facto, dasan Kolo memang masuk dalam wilayah Kota Mataram. Itu sesuai dengan Keputusan Gubernur NTB nomor 4 tahun 1993 tentang pembentukan kota madya Mataram. Di sana disebutkan bahwa Mataram memiliki luas 61,30 kilometer persegi. ''Keinginan mereka untuk pindah ke Mataram, sebenarnya merupakan kewajiban Pemprov untuk menyelesaikannya. Khusus pada pasal 4 ayat 5,'' terangnya.
Mengacu pada kesepakatan antara wali kota Mataram dan bupati Lombok barat, yang kala itu difasilitasi Pemprov NTB, kemungkinan tak hanya Dasan Kolo yang masuk Mataram, akan tetapi sebagian dari Desa Bajur. ''Sebenarnya Kantor Desa Bajur juga masuk kota,'' cetus Khalid. Dari luas wilayah Desa Bajur, sesuai kesepakatan, 167,875 Ha, masuk ke wilayah Mataram. ''Kita tidak mengambil. Itu amanat undang-undang. Kita (Pemkot Mataram, red) sadar kita dilahirkan oleh Lombok Barat,'' tandasnya. (fit)
Camat Sekarbela, H. Khalid, menegaskan, diakomodirnya keinginan warga Dasan Kolo, Desa Bajur, Kabupaten Lombok Barat untuk masuk menjadi warga Mataram, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Pilkada Kota Mataram 2010.
Hal itu disampaikan Khalid didampingi Kabag Hukum Setda Kota Mataram, I Nyoman Mustika, SH., bersama Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Mataram, Alwi, S.Sos., dalam jumpa pers di ruang tunggu Wali Kota Mataram, Kamis (15/10) kemarin. Mengapa masyarakat Dasan Kolo ingin menjadi warga Mataram, Khalid mempersilakan pihak yang menuding Pemkot Mataram mengambil Dasan Kolo, untuk menanyakan hal itu langsung kepada warga.
Ditambahkan Alwi, warga Dasan Kolo ingin masuk menjadi warga Mataram, kemungkinan karena melihat perkembangan Mataram. Terlebih, tiga wilayah di Kecamatan Kuranji sudah lebih dulu menjadi bagian dari Kota Mataram. Yakni Mapak Dasan, Mapak Belatung dan Pekandelan. Begitu bergabung menjadi warga Mataram, Pemkot Mataram memang langsung memberikan bantuan sampan dan sejumlah peralatan untuk melaut kepada kelompok nelayan di tiga lingkungan itu.
Sebenarnya secara yuridis dan de facto, dasan Kolo memang masuk dalam wilayah Kota Mataram. Itu sesuai dengan Keputusan Gubernur NTB nomor 4 tahun 1993 tentang pembentukan kota madya Mataram. Di sana disebutkan bahwa Mataram memiliki luas 61,30 kilometer persegi. ''Keinginan mereka untuk pindah ke Mataram, sebenarnya merupakan kewajiban Pemprov untuk menyelesaikannya. Khusus pada pasal 4 ayat 5,'' terangnya.
Mengacu pada kesepakatan antara wali kota Mataram dan bupati Lombok barat, yang kala itu difasilitasi Pemprov NTB, kemungkinan tak hanya Dasan Kolo yang masuk Mataram, akan tetapi sebagian dari Desa Bajur. ''Sebenarnya Kantor Desa Bajur juga masuk kota,'' cetus Khalid. Dari luas wilayah Desa Bajur, sesuai kesepakatan, 167,875 Ha, masuk ke wilayah Mataram. ''Kita tidak mengambil. Itu amanat undang-undang. Kita (Pemkot Mataram, red) sadar kita dilahirkan oleh Lombok Barat,'' tandasnya. (fit)
Comments