PKP Jamin Stok Aman
Daging Sapi dan Ayam Hasil Pemotongan Gelap Masih Beredar di Pasar
Mataram
(Suara NTB) -
Dinas
PKP (Pertanian Kelautan dan Perikanan) Kota Mataram menjamin stok daging sapi
dan ayam dalam kondisi aman. Namun daging sapi dan ayam hasil pemotongan gelap
masih beredar di pasar dan sulit dibedakan. Kepala Dinas PKP Kota Mataram, Ir.
H. Mutawalli yang ditemui di Kantor Walikota Mataram, Sabtu (28/6)
mengungkapkan, guna mengantisipasi melonjaknya kebutuhan daging sapi dan ayam
selama bulan puasa, pihaknya telah melakukan penambahan stok.
Bahkan
Mutawalli meyakini stok daging sapi dan ayam yang ada saat ini, tidak hanya
aman selama bulan ramadhan tapi hingga lebaran mendatang. ''Kemarin misalnya
sehari kita pesan 15 ekor, nah untuk
puasa ini jumlahnya ditambah jadi 20 ekor,'' terangnya. Sedangkan menjelang
lebaran stok akan ditambah dua kali lipat. Menurutnya, sejauh ini kebutuhan
daging sapi dan ayam di Mataram masih normal.
Kondisi
stok daging sapi dan ayam, lanjut Mutawalli, sangat tergantung dari permintaan
di masyarakat. ''Kalau permintaan bertambah, stoknya juga akan kita
tingkatkan,'' tegasnya. Mengenai pengawasan kesehatan hewan ternak, katanya,
Dinas PKP Kota Mataram sudah memiliki tim. Hanya saja, hingga memasuki bulan
ramadhan, tim tersebut belum juga turun untuk memonitoring kesehatan hewan
ternak.
Meskipun
kesehatan hewan ternak itu sebetulnya sudah terseleksi di rumah potong, Namun
Mutawalli menegaskan pihaknya tetap akan turun melakukan pengawasan kesehatan
hewan ternak. Pihaknya mengkhawatirkan kesehatan hewan ternak yang
pemotongannya tidak melalui RPH (Rumah Potong Hewan). Karenanya tim dari Dinas
PKP Kota Mataram nantinya akan memeriksa kesehatan hewan ternak yang dipotong
si luar RPH. ''Kalau yang dipotong di RPH tidak ada masalah,'' imbuhnya.
Mutawalli
mengakui sampai saat ini pemotongan gelap di luar RPH, terutama di Lingkungan
Gubuk Mamben, masih terjadi. Bahkan Dinas PKP Kota Mataram mengaku kesulitan
untuk mengendalikannya. Tidak hanya sapi, untuk pemotongan ayampun serupa.
''Pengusaha ayam kita ini kalau sekadar 100 - 200 ekor, malas dia bawa ke RPU
(Rumah Potong Unggas),'' terangnya. Keengganan para pengusaha daging sapi dan
ayam bukan karena menghindari retribusi di RPH maupun RPU.
''Kalau
retribusinya itu kecil. Ini mereka enggan ke RPH karena biaya yang dikeluarkan
untuk mengangkut sapi dan ayamnya lebih besar,'' ujarnya. Belum lagi begitu
sampai RPH, pengusaha hewan ternak harus mengeluarkan biaya untuk orang yang
menjaga ternaknya. Dikatakan Mutawalli, Pemkot Mataram ingin membuatkan RPH di
sekitar Gubuk Mamben tapi lahan tidak tersedia.
Dinas
PKP terkesan tidak mau terlalu memaksa oknum pengusaha memotong hewan ternaknya
di RPH karena pertimbangan biaya yang harus mereka keluarkan. ''Tapi yang jadi
persoalan itu limbahnya. Makanya sudah kita buatkan ipal,'' ucapnya. Meskipun
demikian, saat musim kemarau seperti sekarang ini, ipal itu tetap saja menjadi
persoalan karena mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Wakil
Walikota Mataram H. Mohan Roliskana punya usulan yang cukup baik, membeli tanah
milik warga setempat seluas sekitar 10 hektar untuk dibangun RPH. Sayangnya
belum ada kesepakatan harga antara pemilik lahan dengan Pemkot Mataram. Meski
demikian, Pemkot Mataram masih akan menjajaki solusi membuatkan mereka RPH di sana.
(fit)
Comments