Hampir Seribu Reklame di Mataram Diduga Bodong

Mataram (Suara NTB) –
Hampir seribu reklame yang ada di Kota Mataram diduga bodong. Kepala Dinas Pertamanan Kota Mataram, HM. Kemal Islam di hadapan Pansus LKPJ DPRD Kota Mataram mengungkapkan jumlah reklame di Kota Mataram tercatat 1.958 titik. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya atau 953 reklame diduga bodong alias belum berizin dan belum memperpanjang izin.

‘’Kenapa banyak, karena ada 503 reklame yang akan ditinjau ulang karena melanggar Perda Kota Mataram nomor 1 tahun 2014,’’ sebutnya. Sebetulnya, akunya, banyak perusahaan advertising yang hendak membayar pajak. Namun oleh Dinas Pertamanan diminta untuk tidak membayar dulu. Dengan alasan Dinas Pertamanan akan melakukan penataan ulang.

‘’Sudah banyak yang membayar sampai tahun 2013,’’ sebutnya. Kemal menjanjikan pihaknya akan melakukan penataan reklame secara perlahan-lahan namun pasti. Saat inipun, Dinas Pertamanan, katanya, tetap melakukan penertiban secara berkala. Reklame-reklame yang tidak bertuan akan dipotong.

Terkait izin reklame, Kemal mengatakan, dalam tahun 2015 ini tercatat 232 reklame telah memperpanjang izin. Reklame bisa dikatakan salah satu sumber PAD Kota Mataram yang cukup potensial. Dalam tiga bulan saja, terhitung dari Januari hingga Maret 2015, izin baru yang terbit terkait reklame sebanyak 105 izin. ‘’Sebelumnya jumlah reklame 1.843 ditambah masuknya izin baru sehingga total keseluhannya menjadi 1.958,’’ sebutnya.

Ditanya soal kepemilikan reklame, Kemal menegaskan tidak ada ada satupun pejabat yang memiliki reklame itu. Namun demikian, target PAD dari reklame belum bergeser dari target tahun 2014 yakni Rp 1,9 miliar pada tahun 2015 ini. Dikatakan anggota Pansus LKPJ dengan jumlah reklame yang begitu banyak, mestinya PAD yang masuk bisa mencapai Rp 4 miliar.


Anggota Pansus LKPJ lainnya HM. Faesal meminta penataan reklame harus mencerminkan visi Kota Mataram. ‘’Harus Nampak nilai budayanya,’’ pinta politisi Nasdem ini. Drs. HM. Husni Thamrin, MPd., mengingatkan Dinas Pertamanan agar selektif terhadap materi reklame. ‘’Jangan sampai kita kecolongan lagi, ada gambar yang belum lengkap pakaiannya ditampilkan. Jangan sudah ditampilkan baru rebut-ribut,’’ tandasnya. (fit)

Comments

Popular Posts