Dewan Kecam Kenaikan Royalti Mataram Mall hanya Rp 50 Juta
Mataram
(Suara NTB) –
Kenaikan
royalti Mataram Mall yang hanya Rp 50 juta, mendapat kecaman dari kalangan DPRD
Kota Mataram. Bahkan, Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram, Drs. HM. Zaini sempat
mengungkapkan kekecewaannya dalam rapat Banggar saat pembahasan KUA PPAS APBD
Perubahan di DPRD Kota Mataram, Rabu (27/5).
Tidak
hanya nominal kenaikan yang tidak signifikan, Zaini juga mengkritik penetapan
kenaikan royalti oleh Pemkot Mataram, hanya sepihak. Karenanya, ia mengusulkan
kepada Ketua DPRD Kota Mataram, H. Didi Sumardi, SH., agar Dewan memanggil
pihak-pihak terkait. Jangan sampai PT. Pasifik Cilinaya Fantasi hanya berkutat
pada alasan mal telah meyerap banyak tenaga kerja dan ancaman persaingan usaha
akibat berdirinya mal lainnya baik di Kota Mataram maupun di Lombok Barat.
Anggota
Komisi II lainnya, I Wayan Wardana, SH., sepakat kalau eksekutif harus dihadirkan
untuk menjelaskan penetapan royalti Mataram Mall. Menurut dia, langkah
eksekutif selama ini mubazir. ‘’Kalau kenaikannya hanya Rp 50 juta ndak perlu kita buat tim appraisal, tim ahli dari akademisi
Unram. Belum lagi studi banding ke Sidoarjo, itu sudah menghabiskan anggaran
berapa,’’ sesalnya.
Dewan,
katanya, memang perlu berbicara serius dengan eksekutif terkait royalti Mataram
Mall ini. Ia menyayangkan penetapan kenaikan royalti Mataram Mall itu tanpa
melibatkan Dewan. Wayan Wardana menyebut langkah Pemkot Mataram dalam penentuan
kenaikan royalti Mataram Mall, semacam kamuflase semata. ‘’Ini mengelabui kita
saja,’’ cetusnya.
Pemkot
Mataram mengesankan diri telah bekerja maksimal dalam memperjuangkan kenaikan
royalti Mataram Mall. ‘’Tetapi hasilnya mentok di Rp 50 juta. Tidak bisa
seperti itu,’’ tandasnya. Alasan PT. PCF menolak kenaikan royalti mal hasil
perhitungan appraisal maupun
akademisi karena munculnya mal lain, tidak bisa diterima. Karena sebagai
pengusaha mainset yang yang dibangun
adalah semangat berkompetisi secara sehat.
‘’Kalau
maunya sendiri saja, itu namanya monopoli,’’ timpalnya. Ia menyayangkan tidak
ada satupun hasil kajian appraisal
maupun akademisi yang digunakan dalam penentuan kenaikan royalti mal. (fit)
Comments