Harus Inovatif
PENANGANAN
sampah di Kota Mataram seolah menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja
jika tidak ada langkah strategis penanganannya. Sampah menjadi masalah yang
sangat serius di Kota Mataram. Mataram dihadapkan pada persoalan yang cukup pelik
terkait persoalan sampah.
Selain
kontrak pemanfaatan lahan TPA Kebon Kongok dengan Kabupaten Lombok Barat akan
berakhir tahun 2017 mendatang, saat ini Pemkot Mataram juga dihadapkan pada
ancaman warga Banyumulek yang bakal melarang truk sampah milik Pemkot Mataram
melewati jalan tersebut menuju TPA Kebon Kongok kalau permintaan mereka tidak
dipenuhi.
Kerusakan
jalan yang dituntut kompensasinya oleh warga Banyumulek itu diklaim akibat proyek
pembukaan jalan baru Mataram-BIL. Masyarakat pun memberikan tenggat waktu dua
bulan kepada Pemkot Mataram untuk memperbaikinya. Beruntung Penjabat Walikota
Mataram Dra. Hj. Putu Selly Andayani, MSi., segera mengkomunikasikan hal itu
dengan Plt Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid.
Setidaknya,
dari hasil pertemuan antara Penjabat Walikota Mataram dengan Plt Bupati Lombok
Barat ada angin segar bagi Kota Mataram. Perbaikan jalan di Banyumulek itu,
telah dianggarkan dalam APBDP. Hanya saja, persoalannya sekarang, pembahasan
APBDP Kota Mataram, mandek. Sehingga, anggaran perbaikan jalan di sekitar
Banyumulek menuju TPA Kebon Kongok terpaksa belum bisa terlaksana.
Kondisi
ini sebaiknya dikomunikasikan oleh Pemkab Lobar kepada masyarakat di sekitar
Banyumulek agar tidak muncul persepsi yang bukan-bukan di kalangan masyarakat
yang menuntut perbaikan jalan itu. Masyarakat perlu sedikit bersabar menunggu
jalan tersebut diperbaiki.
Setelah
persoalan tersebut, Kota Mataram juga sudah harus mulai memikirkan kontrak
pemanfaatan lahan TPA Kebon Kongok yang bakal habis kontraknya tahun 2017
mendatang. Pasalnya, sampai saat inipun Pemkot Mataram masih dalam tahap
mencari lahan pengganti TPA. Kota Mataram dengan luasnya yang hanya 61,30
kilometer persegi menjadi kesulitan tersendiri bagi Pemkot Mataram mendapatkan
lahan untuk pembuatan TPA layaknya Kebon Kongok.
Mataram
sebagai ibukota Provinsi NTB, masyarakatnya memiliki karakter yang berbeda
dengan kabupaten/kota lainnya. Jangankan untuk pembangunan TPA, sekadar
ditempatkan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) saja, kerap mendapat penolakan
dari warga sekitar. Alasannya, sudah pasti karena terganggu bau menyengat dari
sampah itu. Sehingga sekarang masalah lahan ini menjadi tugas berat bagi Pemkot
Mataram. SKPD terkait harus mampu menyiasati kondisi itu kalau akhirnya TPA
terpaksa harus dibangun di wilayah Kota Mataram.
Dinas
Kebersihan Kota Mataram perlu punya inovasi pola pengelolaan sampah bagaimana
agar pembusukkan sampah tidak terlalu menimbulkan bau yang mengganggu
masyarakat sekitar. Dinas Kebersihan Kota Mataram mencari referensi ke daerah
lain yang mungkin sudah menerapkan teknologi penanganan sampah. Selain itu,
perlu juga dipikirkan bagaimana mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA agar
TPA dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. (*)
Comments