Sungai Bukan Tong Sampah
KONDISI
sejumlah sungai di Kota Mataram, cukup memprihatinkan. Selain terjadi
pendangkalan, juga dikotori limbah dan sampah. Kondisi ini, tidak terlepas dari
ulah masyarakat yang tidak peduli dengan kebersihan sungai. Wajar kalau Penjabat
Walikota Mataram, Dra. Hj. Putu Selly Andayani, MSi., menjadwalkan khusus
agenda gotong royong di Kelurahan Kekalik.
Kelurahan
Kekalik dilalui oleh sebuah sungai besar, yakni Sungai Ancar. Keberadaan Sungai
Ancar ini diduga kerap dimanfaatkan secara kurang bertanggung jawab oleh masyarakat
yang tinggal di sana. Apalagi sebagian besar masyarakat Kekalik berprofesi
sebagai pembuat tahu dan tempe.
Limbah
dari produksi tahu tempe ini diduga langsung dibuang ke Sungai Ancar sehingga
lambat laun terjadi pendangkalan. Pasalnya, limbah dari produksi tahu tempe
ini, tidak hanya dalam bentuk limbah cair, tapi juga limbah sekam. Parahnya
lagi, masih ada warga yang mendirikan bangunan di bantaran sungai. Tidak hanya
di bantaran Sungai Ancar tapi juga di Bantaran Sungai Jangkok.
Hal
ini cukup disayangkan. Karena pemerintahan di tingkat terbawah seperti
kelurahan terkesan tidak mampu mengedukasi masyarakat supaya tidak membuang
begitu saja limbah meraka ke sungai serta tidak membangun di bantaran sungai. Adanya
kesan pembiaran ini, seolah menjadi tradisi bagi masyarakat yang bergelut dalam
home industry tahu tempe. Mestinya,
kondisi ini disikapi dari awal agar jumlah bangunan yang berdiri di bantaran
sungau tidak bertambah banyak.
Karena,
kalau bangunan sudah menjamur, tentu akan menjadi kesulitan tersendiri bagi
Pemkot Mataram untuk menertibkannya. Belum lagi misalnya kalau ada masyarakat
yang menuntut ganti rugi akibat bangunan miliknya ditertibkan pemerintah. Langkah
yang diambil Penjabat Walikota Mataram untuk melakukan konversi dari sekam ke
elpiji diharapkan dapat menjadi jawaban terhadap persoalan limbah di Sungai
Ancar.
Selain
itu, perlu dipikirkan pula solusi untuk mensterilkan daerah bantaran sungai
dari segala bentuk bangunan. Mungkin bagi masyarakat yang telah lama mendiami
bantaran sungai, tentu bukan hal mudah bagi mereka untuk mau pindah begitu
saja. Namun dalam persoalan ini memang dibutuhkan ketegasan dari pemerintah.
Karena
bagaimanapun, dengan hadirnya bangunan di sekitar bantaran sungai, sangat
berpotensi mencemari sungai. Masyarakat yang tinggal di sana, akan dengan mudah
membuang sampah mereka ke sungai tanpa memikirkan dampaknya di belakang hari. Sungai
tercemar sampah dan limbah ini, mau tidak mau menjadi pekerjaan rumah bagi
Penjabat Walikota Mataram untuk membenahinya.
Penjabat
Walikota Mataram diharapkan mampu ‘’menyulap’’ sungai-sungai yang melintas di
Kota Mataram menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakat. Sungai yang bersih
dapat menjadi alternatif untuk berwisata. Tentunya setelah dilakukan inovasi
atas sungai-sungai yang ada di Mataram. Jangan sampai persepsi masyarakat
justru terbalik dengan menganggap bahwa sungai itu sebagai tong sampah
alternatif. (*)
Comments