Lihat Kemiskinan Secara Konkret
WAKIL
Ketua DPRD Kota Mataram, I Wayan Sugiartha menyayangkan gambaran penanggulangan
kemiskinan di Kota Mataram. Pasalnya, dengan anggaran penanggulangan kemiskinan
yang mencapai puluhan miliar rupiah, angka kemiskinan justru menunjukkan adanya
kenaikan.
‘’Kita
sayangkan kalau terjadi seperti itu,’’ cetus Wayan Sugiartha menjawab Suara NTB di DPRD Kota Mataram, Senin
(26/10). Menurutnya, rapat penanggulangan kemiskinan tidak perlu terlalu
sering. ‘’Rapat itu cukup sekali dua kali saja. Yang penting bagaimana tindakan
riil di lapangan,’’ terangnya.
Namun
demikian, kalau memang terjadi peningkatan angka kemiskinan di Kota Mataram,
politisi PDI Perjuangan ini meminta eksekutif mengidentifikasi akar masalahnya.
‘’Peningkatannya ini karena apa. Apakah ada perubahan indikator atau apa,’’
tanyanya. Terkait jumlah anggaran penanggulangan kemiskinan, Dewan dalam hal
ini, lanjutnya, tidak melihat besar kecilnya anggaran tersebut.
‘’Yang
penting adalah kita melihat bagaimana kenyataan di lapangan,’’ imbuhnya. Setelah
mengetahui bagaimana kondisi nyata di lapangan, barulah anggaran penanggulangan
kemiskinan dapat dikalkulasikan secara konkret. ‘’Jangan bekerja hanya dari
belakang meja saja,’’ sindirnya.
Wayan
Sugiartha menyarankan kepada tim koordinasi penanggulangan kemiskinan (TKPK) Kota
Mataram agar tidak terlalu terpaku pada hasil rapat semata. Kondisi di
lapangan, sejatinya lebih penting untuk dicermati. Supaya, kebijakan yang
diambil juga tidak keliru. Ia khawatir, kalau TKPK tidak melihat kondisi
kemiskinan secara nyata di lapangan, kalkulasi anggaran penanggulangan
kemungkinan tidak akan akurat.
‘’Kalau
memang anggarannya kurang, bukan tidak mungkin akan ditambah,’’ katanya. Menurut
Wayan Sugiartha, yang menjadi akar masalah adalah berapa sesungguhnya jumlah
sasaran rumah tangga miskin dan bagaimana jalan keluarnya. TKPK, katanya, harus
memiliki gambaran yang jelas terkait hal itu.
Ia
melihat, dalam hal penanggulangan kemiskinan di Kota Mataram, koordinasi antar
SKPD masih lemah. Padahal, seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Ada kesan,
penanggulangan kemiskinan oleh SKPD masih berjalan sendiri-sendiri. Bahkan
disinyalir standar kemiskinan yang dipegang SKPD yang satu dengan SKPD lainnya
berbeda.
Wayan
Sugiartha juga menyesalkan pada saat pendataan, tiba-tiba banyak masyarakat
yang mengaku miskin. ‘’Sehingga masyarakat yang benar-benar miskin, akhirnya
tidak tertangani,’’ sesalnya. (fit)
Comments