Jangan Matikan Budaya Lokal
BERBAGAI
upaya yang dilakukan Pemkot Mataram untuk mendukung program menuju KLA (Kota
Layak Anak) 2018 mendatang, direspon positif oleh wakil rakyat di parlemen.
Hanya saja, menurut anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, Lalu Suriadi, SE.,
upaya mendukung program menuju KLA itu jangan sampai menghilangkan budaya
lokal.
Salah
satunya yang cukup disayangkan, kata Suriadi, bahwa atas nama KLA lantas sudah
muncul larangan penggunaan lapangan untuk kegiatan dalam bentuk presean. ‘’Lapangan
itukan fasum (fasilitas umum) siapapun boleh menggunakannya tanpa terkecuali,’’
kata Suriadi. Terkait dampak kegiatan yang bersifat keras seperti presean,
menurutnya itu merupakan konsumsi orang dewasa.
‘’Asal
peliputannya jangan terlalu glamour, dan saya yakin anak-anak juga disaring,’’ imbuhnya.
Yang jelas, sambung politisi PAN ini, pihak manapun boleh menggunakan
lapangan-lapangan yang ada di Kota Mataram sepanjang telah mengantongi izin. Pernyataan
Penjabat Walikota Mataram, Dra. Hj. Putu Selly Andayani, MSi yang menyatakan
bahwa selama dirinya menjabat sebagai Penjabat Walikota Mataram tidak akan
mengizinkan penggunaan lapangan untuk kegiatan presean, dianggap terlalu
berlebihan.
‘’Nanti
itu masyarakat yang menilai. Jangan sampai masyarakat menganggap itu berlebihan,’’
cetusnya. Mestinya, kebijakan yang dikeluarkan Penjabat Walikota Mataram,
apalagi itu berkaitan dengan program menuju KLA, jangan sampai mematikan budaya
lokal. Karena bagaimanapun presean merupakan salah satu budaya lokal masyarakat
Sasak.
‘’Mestinya
aturan presean itu yang diperketat, bukan dilarang,’’ kritiknya. Konkretnya,
menurut Suriadi, presean tidak perlu dilarang, asalkan ketika pertunjukkan,
anak-anak tidak diizinkan untuk menyaksikan. Para orang tua juga, tidak hanya
terkait presean, untuk program-program lainnya juga mestinya tetap mendampingi
anak sebagai bentuk edukasi orang tua kepada anak.
Comments