Harus Dicarikan Solusi
PEMKOT
Mataram harus segera mencarikan solusi terhadap harga daging berikut stok hewan
ternak. Sebab, dua hal tersebut menjadi keluhan para jagal yang puncaknya
dengan melakukan mogok Senin (25/1). Artinya, apa yang menjadi keluhan dan juga
tuntutan para jagal harus segera dikaji lalu dicarikan solusinya.
Sebab,
jika aksi mogok melakukan pemotongan di RPH (Rumah Potong Hewan) terus
berlanjut, dikhawatirkan dampaknya akan meluas. Sebab seperti kita ketahui
bersama bahwa kebutuhan daging, terutama daging sapi di Kota Mataram terbilang
cukup tinggi. Sebagai ibukota provinsi, Kota Mataram menjadi pilihan banyak
investor untuk menanamkan modalnya di bidang bisnis makanan.
Ditambah
lagi dengan maraknya pembangunan hotel di Mataram serta banyaknya penjual bakso
di Kota Mataram. Rata-rata hotel yang beroperasional di Mataram misalnya, juga
menjadikan menu restoran mereka sebagai unggulan. Sehingga, sudah jelas bahwa
restoran-restoran sangat bergantung dari ketersediaan daging sapi. Demikian pula
dengan pedagang bakso.
Bakso
yang berbahan dasar daging sapi menjadi salah satu makanan favorit masyarakat
Indonesia. Tidak terkecuali di Kota Mataram. Sehingga, dengan mogoknya jagal di
RPH Majeluk dikhawatirkan berimbas terhadap asupan gizi masyarakat yang berasal
dari daging sapi. Tidak hanya berdampak pada asupan gizi saja, tetapi juga akan
berdampak secara ekonomis.
Pedagang
daging akan kehilangan penghasilannya selama aksi mogok berlangsung. Restoran
atau rumah makan, bisa-bisa tidak lagi menyediakan menu daging karena nihilnya
daging di pasaran sebagai imbas mogoknya jagal. Jangan sampai mogoknya jagal
ini memicu kelangkaan daging yang diikuti dengan naiknya harga daging sapi
secara signifikan.
Apa
yang menjadi kecurigaan jagal, bahwa menurunnya pasokan sapi yang akan
disembelih di RPH lantaran ternak ini banyak yang diantarpulaukan, juga perlu
diselidiki kebenarannya. Sehingga DPKP (Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan)
Kota Mataram dapat mengambil langkah strategis untuk mengatasi aksi mogok
jagal.
Dengan
program unggulan Pemprov NTB, yakni BSS (Bumi Sejuta Sapi) mestinya, daerah ini
tidak akan kekurangan sapi. Justru seharusnya NTB surplus sapi. Karenanya SKPD
terkait harus segera turun tangan mengatas persoalan tersebut. Karena seperti
disampaikan Kepala DPKP Kota Mataram, Ir, H. Mutawalli, bahwa mogoknya para
jagal dipicu merosotnya jumlah sapi yang masuk ke RPH.
Bahkan
kondisi ini sudah berlangsung selama tiga hari terakhir yang membuat para jagal
merasa dirugikan. Apalagi harga daging di pasaran tidak pernah mengalami
kenaikan sejak sekitar tiga tahun belakangan. Kalau memang kecurigaan para
jagal tidak benar, DPKP harus menyampaikan hal tersebut secara komprehensif
kepada para jagal. DPKP juga harus mampu menjelaskan penyebab berkurangnya
pasokan sapi ke RPH.
Langkah
konkret yang dilakukan DPKP diharapkan berdampak positif. Sehingga para jagal
mengakhiri aksi mogoknya supaya pasokan daging ke pasar-pasar kembali normal.
(*)
Comments