Nasib Petani Tidak Berubah

ANGGOTA DPRD Kota Mataram, Ehlas, SH., menganggap wajar sikap protes yang ditunjukkan para petani terhadap rencana masuknya beras dari Jawa. ‘’Sebenarnya tidak wajar kalau beras dari luar masuk karena kita di Mataram produksi berasnya juga surplus,’’ katanya kepada Suara NTB di Mataram.

Kalau beras dari luar sampai masuk ke Kota Mataram, jelas petani di daerah ini akan memprotes hal tersebut. ‘’Terus beras Kota Mataram ini mau di kemanakan,’’ tanyanya. Dengan masuknya beras dari luar, Ehlas yakin akan memberi dampak pada menurunnya harga beras petani di Mataram.

Masih mahalnya harga beras di Kota Mataram, lanjut anggota Dewan yang konsen terhadap masalah pertanian ini, karena beras dari petani Kota Mataram belum digiling. Yang beredar di pasaran diduga beras dari luar Mataram. Beras luar ini dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, sehingga mengesankan beras Kota Mataram mahal.

Mengenai pernyataan Divre Bulog NTB yang tidak bisa menolak masuknya beras dari Jawa karena itu merupakan perintah dari Bulog pusat, sangat disesalkan politisi Demokrat ini. ‘’Kalau hanya main perintah tetapi tidak melihat fakta di lapangan, siapa yang akan rugi? Jelas petani,’’ bebernya.

Petani Kota Mataram baru-baru ini seharusnya memasuki musim panen. Sayangnya saat hendak panen, sejumlah bencana datang. Seperti banjir, angin kencang sehingga padi petani rusak. ‘’Yang peduli siapa? Yang mengambil siapa? Yang mengarahkan panen petani ini dibawa kemana, ada sampai sekarang,’’ tanyanya.

Ehlas menyayangkan adanya tenaga penyuluh pertanian justru kurang fokus mengarahkan hasil panen petani dibawa kemana. ‘’Mestinya mereka turun dan melihat fakta lapangannya seperti apa,’’ pintanya. Anggota Komisi I DPRD Kota Mataram ini mengaku, petani yang tanamannya rusak akibat bencana seperti banjir maupun angin kencang, tidak mendapatkan ganti rugi apapun dari pemerintah.


‘’Jadi rugi, rugi sendiri,’’ sesalnya. Ehlas mengatakan, menjadi petani sekarang, hampir tidak mendapat keuntungan. Ia mencontohkan ketika akan melakukan panen, tidak ada tenaga. Kalaupun panen, hasilnya dibagi tiga. Sehingga, nasib petani dari waktu ke waktu tidak akan bisa berubah. (fit)

Comments

Popular Posts