Dukung Langkah Kejaksaan
Muhtar |
WAKIL
Ketua DPRD Kota Mataram, Muhtar, SH., mendukung langkah Kejaksaan mengusut
dugaan penyimpangan pengadaan bibit cabai di Kota Mataram senilai Rp 2,8
miliar. Karena seperti diketahui, pengadaan bibit cabai itu berasal dari DAK
(Dana Alokasi Khusus) APBN 2016. ‘’Model penyalurannya (DAK, red) memang sampai
saat ini, kita tidak banyak tahu,’’ ujarnya menjawab Suara NTB di DPRD Kota Mataram, Senin (30/1).
Dewan,
lanjut Muhtar, bahkan kerap kali tidak mengetahui jadwal turunnya DAK itu.
Sementara untuk Dinas Pertanian, banyak bantuan yang berasal dari DAK. ‘’Biasanya
DAK itu kan volume dan peruntukkannya
sudah terukur dari sana (pusat, red),’’ imbuhnya. Kalau kemudian, bantuan itu
bermasalah, katanya, itu menjadi ranah aparat penegak hukum untuk menelisiknya.
Dinas
Pertanian sebagai dinas teknis harus kooperatif, kalau sewaktu-waktu aparat
penegak hukum membutuhkan keterangan terkait pengadaan bibit cabai tersebut.
‘’Tapi jangan dipolitisir atau diapa-apakan supaya ini tidak menjadi persoalan
yang besar,’’ pintanya. Menurut politisi partai Gerindra ini, kalau pola
pertanian diterapkan secara maksimal, tidak akan ada kesulitan mengeksekusi
penanaman bibit cabai itu.
‘’Kalau
Rp 2,8 miliar saya rasa tidak sulit untuk didistribusikan. Cuma modelnya
seperti apa. Kan ada kelompok tani, ada pengawas lapangan,’’ katanya. Mestinya,
sambung Muhtar, Dinas Pertanian melakukan pengecekan secara riil di lapangan.
Tidak hanya menerima laporan dari kelompok tani. ‘’Mungkin benar mereka menanam
tapi luasannya tidak sesuai,’’ katanya. Muhtar menyayangkan kalau pengawasan
yang dilakukan Dinas Pertanian tidak maksimal.
Karena
menurut Muhtar, lahan pertanian di Kota Mataram tidak luas. Ia berharap, ke
depan pengawasan harus lebih ditingkatkan. ‘’Tidak hanya Dinas Pertanian tapi
juga leading sektor kita yang ada di Dewan ini. Apalagi ada DAK itu. Sehingga
jangan sampai sekarang ini,’’ ucapnya. Anggota Dewan dari dapil Ampenan ini
meyakini bahwa mahalnya harga cabai saat ini, salah satunya ada korelasinya dengan
penanaman bibit cabai yang diduga tidak maksimal.
‘’Padahal
saya lihat suplai cabai ke Kota Mataram dari Lombok Timur dan daerah lainnya
penuh, seharusnya tidak ada dampak seperti itu,’’ sesalnya. (fit)
Comments