Ketua DPRD Minta Rencana Investor Korea Dikaji
Mataram
(Suara NTB) –
Ketua
DPRD Kota Mataram, H. Didi Sumardi, SH., mengatensi rencana masuknya investor
Korea yang katanya akan berinvestasi dalam hal pengelolaan sampah. Investor ini
kabarnya, akan mengubah sampah menjadi energi listrik. Namun demikian, ia
meminta Pemkot Mataram untuk mengkaji rencana investor Korea itu. ‘’Tingkat
pembicaraannya adalah, sejauh mana itu menjadi bagian dari penanganan sampah
secara komprehensif,’’ ujarnya di DPRD Kota Mataram pekan lalu.
Sebab,
kalau nantinya ada perubahan pola penanganan sampah yang berorientasi pada pengangkutan
sampah secara konvensional seperti sekarang ini, jelas terjadi kemunduran. ‘’Atau
secara keseluruhan orientasinya adalah TPA (Tempat Pembuangan Akhir), itu
berarti tanda tanya kan,’’ katanya. Didi mengasumsikan, kalau ke depan Pemkot
Mataram akan menerapkan pola penanganan sampah dengan pola Osamtu (Olah Sampah
Terpadu), dimana sampah bisa dinolkan.
Sehingga,
armada angkutan sampah yang menuju TPA hanya beberapa saja. Lalu, sampah yang
dibutuhkan untuk dieksplorasikan menjadi energi listrik tidak akan memenuhi
volume. Hal ini, menurut orang nomor satu di DPRD Kota Mataram tersebut, adalah
dua hal yang berkebalikan. Sementara Pemkot Mataram berkeinginan membuat
Mataram nol sampah, sedangkan investor Korea itu justru membutuhkan banyak
sampah untuk dapat diubah menjadi energi listrik.
Volume
sampah yang banyak, lanjut Didi Sumardi, jelas membutuhkan armada angkutan yang
banyak. Apalagi dengan keberadaan TPA Kebon Kongo, setiap saat selalu ada
komplain dari masyarakat sekitar. Selain itu, berkonsekuensi pula pada biaya
pemeliharaan jalan. ‘’Kan siklus
masalah ini selalu berulang-ulang,’’ sesalnya. Dewan, katanya, ingin mencarikan
pola yang solutif. Tidak lagi memunculkan masalah klasik yang itu-itu saja.
Untuk
itu, Didi Sumardi meminta eksekutif menganalisa pola kerjasama dengan investor
Korea itu. Sebab, dengan sistem yang telah dibangun, perpaduan antara Osamtu
dengan pengadaan kendaraan roda tiga, dianggap sebagai sistem yang cukup ideal
untuk mewujudkan Mataram bebas sampah. Sehingga, dengan hadirnya investor
Korea, jangan sampai pola penanganan sampah justru kembali pada pola
konvensional.
‘’Saya
belum tahu model proyek dari Korea itu seperti apa. Dimana-mana kalau
konvensional seperti ini, tidak selalu menuntaskan permasalahan secara
keseluruhan,’’ cetusnya. Meskipun investor Korea itu konon akan
menginvestasikan modalnya sekitar Rp 1 triliun, Didi Sumardi tetap meminta
eksekutif untuk melakukan kajian mendalam. Sehingga opsi yang dipilih nantinya
merupakan opsi yang paling tepat. ‘’Jadi jangan hanya melihat titik hilirnya
saja. Tapi dilihat juga bagaimana pola penanganan sampah dari hulunya,’’
ucapnya.
Apalagi
seperti disampaikan investor Korea itu, penanganan sampah akan melibatkan
daerah lain, itu tentu tidak gampang. Sehingga harus diperoleh gambaran
simulasi sistem yang digunakan. (fit)
Comments