Gotong Royong Harus Jadi Gaya Hidup

KOTA Mataram masuk menjadi salah satu nominator piala Adipura 2017. Ini seharusnya menjadi kabar yang cukup menggembirakan bagi masyarakat Kota Mataram. Namun, masuknya Mataram sebagai salah satu nominator piala Adipura kerap dimaknai berbeda. Bahkan kesan yang tampak adalah, Pemkot Mataram akan terlihat lebih sibuk dari biasanya. Dimana Pemkot Mataram akan mengerahkan para ASN (Aparatur Sipil Negara) untuk bergotong royong membersihkan kota. Utamanya, titik - titik yang menjadi sasaran penilaian tim Adipura.

Seperti pasar, terminal maupun drainase serta pemukiman penduduk. Karena kita ketahui bersama, bahwa kondisi fasilitas publik seperti pasar, terminal maupun drainase bisa dikatakan dalam kondisi masih cukup memprihatinkan. Pasar tradisional misalnya. Keberadaan 19 pasar tradisional di Kota Mataram nyatanya belum mampu memberikan rasa nyaman. Tidak saja bagian pengunjung tapi juga bagi pedagang di sana. Terlebih saat musim hujan, kondisinya semakin kumuh. Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya, limbah ikan berserakan serta pedagang yang berjualan sesukanya menjadi pemandangan rutin sekaligus lumrah di Mataram.

Begitu pula dengan terminal. Terminal Mandalika Mataram, belum menjadi tempat transit yang aman dan nyaman bagi penumpang. Sejumlah bangunan liar justru berdiri di sekitar terminal tipe B tersebut. Meskipun sekarang hak pengelolaan Terminal tipe B berada langsung di bawah pemerintah pusat, bukan berarti Pemkot Mataram bisa lepas tangan. Sebab, Terminal Mandalika itu sendiri berada di wilayah Kota Mataram. Sehingga, Pemkot Mataram wajib berkontribusi bagaimana menciptakan lingkungan terminal yang bersih, aman dan nyaman.

Selama ini, Terminal Mandalika belum menjadi tempat transit yang aman dan nyaman bagi penumpang. Belum lagi berbicara masalah drainase. Mungkin, drainase termasuk salah satu masalah yang paling serius yang dihadapi Pemkot Mataram. Kondisinya, drainase - drainase di Mataram sering dipenuhi sampah maupun sedimen. Ada kesan bahwa mindset masyarakat masih keliru terhadap keberadaan drainase. Masyarakat sering menjadikan drainase sebagai "tong sampah". Tidak hanya drainase, sungai - sungai di Mataram pun nasibnya tidak jauh berbeda.

Begitu seriusnya masalah lingkungan yang dihadapi Pemkot Mataram, mau tidak mau membuat pemerintah harus bekerja ekstra. Gotong royong sejatinya merupakan solusi yang paling tepat guna mewujudkan Kota Mataram yang bersih dan nyaman. Strategisnya peran gotong royong itu, diharapkan itu bisa menjadi gaya hidup masyarakat Kota Mataram. Artinya, ada atau tidak penghargaan, semangat gotong royong itu harus tetap dipelihara.


Jangan sampai, gotong royong dilakukan saat ada penilaian Adipura saja. Kalau polanya seperti itu, jelas orientasi dari kegiatan gotong royong itu, hanya untuk mengejar penghargaan. Yang dikhawatirkan, kondisi Kota setelah berlalunya penilaian itu, tidak lagi bersih seperti saat ada penilaian Adipura. (*)

Comments

Popular Posts