PROGRAM
Bank Sampah Masyarakat (BSM) merupakan terobosan baru dalam mengelola sampah di
tingkat lingkungan di Mataram. Meskipun saat ini BSM cakupannya terbatas di
Kecamatan Sandubaya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat, BSM ini masih bersifat pilot project. Melihat antusias
masyarakat, akan sangat bermanfaat kalau program BSM ini diperluas hingga ke
seluruh penjuru Kota Mataram.
Sebagai
ibukota Provinsi NTB, sampah menjadi momok tersendiri. Sampah inipula yang
menyebabkan Adipura dua kali lepas dari genggaman Kota Mataram. Apalagi ada
kompensasi dari pihak BSM bahwa sampah yang dikumpulkan oleh masyarakat akan
diganti dengan uang. Siapa yang tertarik menukar sampah dengan uang. Memang dibutuhkan
kreativitas seperti BSM itu untuk mengatasi peliknya persoalan sampah di kota
ini.
Terbukti,
ketika ada janji kompensasi sampah ditukar dengan uang, maka sampah terkumpul
dengan rapi di halaman rumah masing-masing warga Sandubaya. Program BSM ini
jika dicermati dengan seksama, sebetulnya tidak saja memberikan dampak positif
bagi kebersihan lingkungan dan dampak ekonomis bagi warga pemilik sampah yang
dipilah sesuai jenisnya, tapi juga mendongkrak nilai Kota Mataram dalam
penilaian Adipura.
Hanya
saja, harus ada kejelasan kapan warga bisa menerima kompensasi dari sampah yang
telah dikumpulkan. Sehingga tidak ada kesan program BSM hanya jual janji. Memang,
aksi mengumpulkan sampah sudah terlihat hasilnya secara nyata, tetapi
kompensasi dari aksi itu harus jelas. Kalau dua-duanya sudah terbukti, mungkin
tidak ada kendala mengembangkan program BSM ini ke lima kecamatan lainnya di
Kota Mataram.
Pembentukan
BSM hendaknya jangan semata-mata karena ambisi untuk menambah poin penilaian
Adipura. Tetapi, BSM ini diharapkan merupakan program yang terus hidup, tumbuh
dan berkembang. Sebab, jika orientasi BSM hanya untuk mengatrol penilaian,
bukan tidak mungkin usia dari program dadakan ini juga bakal singkat. Mengenai
pendanaan terkait kompensasi dari sampah yang telah dikumpulkan masyarakat,
jajaran BSM seharusnya lebih kreatif. Jangan hanya mengandalkan APBD Kota
Mataram dan CSR perusahaan-perusahaan yang beroperasional di Mataram.
Bisa
saja BSM menjalin kerjasama dengan pihak pengepul barang bekas, baik yang ada
cabangnya di daerah ini, maupun langsung berhubungan dengan pengusaha pengepul
sampah di Pulau jawa. Sebab, industri daur ulang sampah plastik menjadi produk
pabrikan banyak terdapat di Pulau Jawa. Sehingga, sampah yang berhasil
dikumpulkan masyarakat tidak semuanya dibuang di TPA yang ada di Mataram.
Dengan begitu, masyarakat dapat manfaat ekonomisnya, Pemkot Mataram pun tidak
pusing-pusing memikirkan volume sampah yang masuk ke TPA Kebon Kongok. (*)
Komentar