Mataram
(Suara NTB) –
Asosiasi
Pasar Tani (Aspartan) Gora Selaparang
tetap eksis. Meskipun dalam operasionalnya, Aspartan kerap dihadapkan
pada kendala biaya operasional dan juga lokasi. Bahkan, menurut Ketua Aspartan Gora
Selaparang, Ki Agus Ahmad kepada Suara
NTB, Minggu (19/5) kemarin, lokasi Aspartan sudah tiga kali berpindah
tempat.
Anggota Aspartan Gora Selaparang didampingi mahasiswa KKN menawarkan produk hasil pertanian yang dijual pasar tani di Udayana, Minggu (19/5) kemarin. |
Ia
berharap, ada satu tempat yang jelas untuk Aspartan supaya bisa memasarkan
produk pertaniannya. Sebab, saat ini, penjualan produk pertanian seperti buah,
sayur, bunga dan produk olahan hasil pertanian masih berpencar-pencar akibat
nihilnya tempat yang representatif untuk menampung semua pedagang.
Selain
tempat, Ki Agus Ahmad sebagai Ketua Aspartan Gora Selaparang periode 2013-2016
berharap ada bantuan biaya operasional dari pemerintah. Sebab, untuk sekali
operasional dengan dua tenda saja, pihaknya harus merogoh kocek sekitar Rp 50
ribu. Saat ini, Aspartan memiliki fasilitas tenda sebanyak 35 unit. Tetapi tidak
bisa dimanfaatkan semuanya akibat tidak adanya lokasi yang jelas.
Setiap
hari Minggu, Aspartan memanfaatkan salah satu trotoar di Udayana untuk
menggelar berbagai produk hasil pertanian mereka. ‘’Apalagi kalau tendanya
banyak,’’ ujarnya di sela-sela kegiatan Pasar Tani di Jalan depan monumen
Bumigora Udayana Mataram. Memang, lanjutnya, selain tenda, ada bantuan
kendaraan roda tiga untuk mobilisasi produk pertanian ke pasar tani. Namun
demikian, bantuan itu bersifat pinjam pakai, bukan hibah. Udayana, lanjut dia,
sangat berpotensi menjadi lokasi pasar tani. Akan tetapi yang menjadi kesulitan
Aspartan adalah tidak tersedianya lahan yang lebih luas. Aspartan berencana
mengkordinasikan hal ini dengan pihak Apkli (Asosiasi Pedagang Kaki Lima).
Dikonfirmasi
di tempat yang sama, Kepala Bidang Pertanian, Endang didampingi Site Manager
Aspartan Gora Selaparang I Gede Wirrada, SP., mengatakan, dulunya memang sempat
ada bantuan operasional dari pemerintah pusat melalui Dinas Pertanian Provinsi
NTB. ‘’Tapi untuk yang sekarang ini, saya belum tahu. Belum saya cek,’’ aku
Wirrada. Ditambahkan Endang, bantuan operasional sebetulnya dihajatkan untuk
merangsang kemandirian Aspartan.
Sayangnya,
bantuan ini rupanya membuat terlena. Sehingga, Aspartanpun tetap mengharapkan
adanya bantuan operasional. Pihaknya, kata Endang, pernah mengajak pengurus
Aspartan Gora Selaparang untuk studi banding ke Aspartan di Lembang Jawa Barat.
Perkembangan Aspartan di sana bisa dikatakan berkebalikan dengan Aspartan Gora
Selaparang.
‘’Aspartan
Lembang sudah sangat mandiri. Bantuan hanya satu kali dua kali, setelah itu
mereka mandiri,’’ cetusnya. Bahkan pasar retail untuk produk pertanian di sana,
banyak dikuasai Aspartan. Aspartan Gora Selaparang bukan tidak mungkin bisa
mencontoh keberhasilan Aspartan Lembang sepanjang memang ada kreativitas dari
pengurus Aspartan. (fit)
Komentar