Dewan Endus Aroma Uang Pelicin dalam Penerbitan IMB di Mataram

Mataram (Suara NTB) -
Komisi III mengendus adanya uang pelicin dalam penerbitan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) milik orang-orang tertentu di Mataram. Sejumlah indikasi dipaparkan Komisi III DPRD Kota Mataram ketika menggelar rapat kerja (raker)bersama Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan (Takowasbang), Sabtu (8/6). Kepala Dinas Takowasbang didampingi dua kabidnya terpojok akibatnya serangan Komisi III dalam raker itu.

Ketua Komisi III DPRD Kota Mataram, Sahram, ST., yang memimpin jalannya raker tersebut menyebutkan, bahwa ada indikasi tebang pilih dalam penertiban yang dilakukan Dinas Takowasbang terhadap bangunan-bangunan yang diduga melanggar aturan. Ia mencontohkan, penghentian pembangunan ATM yang dipersalahkan dengan dalih menggunakan lahan parkir. Namun di lokasi yang lain seperti di depan toko bangunan ternama di Sweta, justru ada bangunan ATM yang dibiarkan berdiri di atas lahan parkir.

''Ada kesan kalau yang punya orang kaya, dia bisa apa saja, bahkan Mataram juga mau dibeli,'' ucapnya. Hal ini secara tidak langsung menjadikan proses pembangunan di Mataram tidak sakral. Ditempat yang tidak boleh dibangunpun kerap dijumpai ada bangunan. Sahram bahkan menantang Dinas Takowasbang untuk tidak mengeluarkan izin sebelum RD (Rencana Detail) yang disebut-sebut menjadi kendala Dinas Takowasbang dalam melakukan tindakan di lapangan.

Sayangnya Dinas Takowasbang tidak berani menerima tantangan Komisi III. Supardi berdalih, meski RD belum ditetapkan namun masih ada RTRW yang menjadi rujukan mereka dalam mengambil tindakan.

Senada dengan Sahram, anggota Komisi III, H. Zahiran Yahya mengatakan, regulasi perizinan sudah jelas. Memang, fakta di lapangan menunjukkan indikasi adanya tebang pilih. ''Ada yang bisa diselesaikan, ada yang bisa dipending dan ada yang tidak bisa diselesaikan. Saya rasa pak kadis tahu itu,'' ujar anggota Fraksi Partai Golkar ini. Ada kesan, sambungnya, kalau orang kaya dipermudah dalam pengurusan IMB, sebaliknya kalau masyarakat yang apa adanya justru dipersulit. ''Berdirilah di atas kaki pak kadis sendiri,'' demikian saran Zahiran Yahya.

Sementara itu, anggota Komisi III, Ahmad Tauhid dalam raker tersebut menuding koordinasi Dinas Takowasbang dengan SKPD lainnya tidak berjalan baik. Nihilnya koordinasi ini diyakini menjadi pemicu terjadinya pemotongan di tengah jalan, sehingga tidak nyambung dengan kondisi saat ini. Dalam kesempatan itu, Tauhid mengajak Kepala Dinas Takowasbang untuk buka-bukaan. ''Apakah ada tekanan sehingga secara psikologis bapak tidak bisa berbuat apa-apa. Buka saja disini, kalau memang tidak boleh diekspose di media, off the record saja, nanti teman-teman wartawan tidak akan menulisnya,'' pinta politisi PKS ini.

Namun, pertanyaan ini tidak mendapat jawaban sama sekali daram raker. Namun dikonfirmasi usai raker, Supardi membantah adanya tekanan seperti penilaian Dewan. ''Tidak ada tekanan, siapa yang berani menekan saya. Saya yang punya kewenangan,'' kilahnya. Ia mengakui razia secara menyeluruh terhadap bangunan-bangunan yang ada di Mataram memang belum dilakukan. Namun demikian sudah ada sebagian bangunan liar yang ditindak. (fit)

Komentar