Mataram
(Suara NTB) –
Ketua
DPKM (Dewan Pendidikan Kota Mataram) H. Adnan Muchsin, SSi., menyatakan, keberadaan
BSM atau Bantuan Siswa Miskin harus diawasi atau dipantau. Pasalnya, di
sejumlah sekolah di Mataram, BSM rawan disalahgunakan oleh orang tua siswa.
Praktik
penyalahgunaan BSM oleh oknum orang tua siswa, demikian Adnan kepada Suara NTB, belum lama ini, sama artinya, hajat pemerintah yang disalurkan
melalui BSM, tidak sesuai sasaran. Sebab, filosofi pemberian BSM oleh
pemerintah, menurut dia, adalah untuk meringankan beban siswa miskin. Hadirnya
BSM diharapkan dapat memfasilitasi siswa miskin memiliki perlengkapan sekolah
layaknya siswa lain.
BSM,
sambung Adnan memang diperuntukkan untuk membeli kebutuhan sekolah, seperti
buku, alat tulis, seragam sekolah, hingga sepatu. Sayangnya, orang tua siswa
miskin yang anaknya mendapat BSM sering salah mengartikan bantuan tersebut. Sehingga,
tidak sedikit orang tua siswa yang mengambil hak anaknya dengan menggunakan BSM
itu untuk keperluan di luar kebutuhan sekolah.
‘’BSM
ini harus diawasi. Nilainya cukup tinggi. Rp 1 juta untuk SMA, Rp 750 ribu
untuk SMP,’’ sebutnya. Sehingga ia lebih setuju kalau BSM dikelola pihak
sekolah. Artinya, siswa lebih baik menerima dalam bentuk barang, apa yang
dibutuhkannya. Adnan menegaskan, untuk menunjang pendidikan anak di sekolah,
tidak semuanya harus menjadi tanggung jawab sekolah.
‘’Biaya
pendidikan ditanggung orang tua, sedangkan biaya operasional ditanggung
sekolah,’’ terangnya. Pada bagian lain, Adnan mengatakan, tidak hanya BSM,
dana-dana yang dihimpun oleh komite sekolah juga perlu diawasi penggunaannya
supaya tidak keluar dari peruntukan yang semestinya. (fit)
Komentar