Pemot Jangan Lengah

PEMKOT Mataram nampaknya harus mengantisipasi kondisi pascalebaran. Sebab, APKLI memprediksi bahwa jumlah PKL pascalebaran ini hampir dipastikan bertambah signifikan. Kondisi ini bukan terjadi tahun ini saja, tetapi tahun-tahun sebelumnya juga telah berlangsung sehingga berdampak pada menjamurnya PKL di Mataram.

Ada fenomena yang kerap terjadi setiap kali usai lebaran. Warga Mataram yang mudik ke kampung halamannya, sering mengikutsertakan sanak keluarganya untuk mengais rezeki di Mataram. Banyaknya PKL yang sukses mengadu nasib di ibukota Provinsi NTB ini rupanya menjadi kabar berantai dari mulut ke mulut antara PKL dengan sanak keluarga maupun kawannya yang berada di luar Mataram. Terutama yang berasal dari Pulau Jawa.

 Sehingga tidak heran kalau penambahan PKL di Mataram ini terjadi setiap saat. Lihat saja PKL yang ada di Mataram, kebanyakan berasal dari Jawa dan memang mereka sukses menjalankan usahanya di Mataram. Apalagi ada kebijakan dari Pemkot Mataram yang memang mengapresiasi kehairan PKL. Terbukti, hingga saat ini tercatat sedikitnya terdapat 82 titik PKL yang tersebar di se-Kota Mataram.

Sementara jumlah PKL yang dulunya hanya 4.200 PKL, kini jumlahnya telah mencapai 4.700 PKL. Meskipun belum seluruhnya bergabung dengan asosiasi PKL. Seharusnya Pemkot Mataram melalui dinas terkait, sebut saja Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Mataram jeli melihat kondisi ini. Artinya, penambahan PKL seyogiyanya dibarengi dengan pemetaan berikut penambahan titik-titik lapak PKL.

Sebab jika tidak diantisipasi sejak awal, maka penambahan titik lapak PKL bisa terjadi secara ilegal. Sebab, selama ini, banyak PKL yang mendirikan lapak di tempat-tempat yang sesuangguhnya bukan lokasi yang diizinkan Pemkot Mataram. Namun akibat kelengahan Pemkot Mataram, pertumbuhan PKL di Mataram bak jamur di musim hujan. Tumbuhnya PKL di Mataram hampir tak terbendung.

Sudah berapa PKL yang ditertibkan Satpol PP Kota Mataram lantaran berjualan di tempat yang tidak semestinya, seperti trotoar. Penertiban memang perlu dilakukan setiap saat supaya mereka tidak berjualan sembarangan. Yang banyak terjadi, akibat kelengahan Pemkot Mataram tidak sedikit PKL bermunculan lantas berjualan di tempat yang mereka tentukan sendiri. Padahal belum tentu, tempat tersebut diizinkan Pemkot Mataram. Lalu, ketika ditertibkan, lebih sering diwarnai aksi melawan dari para PKL. (*)

Komentar