MASIH munculnya konflik antar pemuda di Kota Mataram, mengundang
keprihatinan sejumlah kalangan, tidak terkecuali Ketua DPRD Kota Mataram, Drs.
HM. Zaini.
Kepada Suara NTB, kemarin, Zaini mengatakan, posisi Kota Mataram sebagai
ibukota Provinsi NTB kalau tidak benar-benar dijaga, bisa berpotensi terjadi
gesekan. Mengingat, kondisi Kota Mataram yang plural, dimana semua suku dan
etnis ada.
Menurut Zaini, salah satu pencetus pecahnya bentrok ataupun perkelahian
antar pemuda, sering karena masalah-masalah sepele. Seperti ketersingungan
pribadi hingga menenggak minuman keras (miras). Hal ini, katanya tidak terlepas
dari pergaulan kaum muda yang ''terinfeksi'' virus modernisasi.
''Kadang-kadang cuma karena saling senggol di acara nyongkolan, jadi
ribut,'' ujarnya. Sayangnya di Mararam belum ada perda yang khusus mengatur
soal nyongkolan.
Menurut politisi Partai Demokrat ini, sebetulnya perda yang mengatur masalah
nyongkolan atau yang mengatur cara merayakan hari besar keagamaan, tidak
terlalu dibutuhkan sepanjang semua pihak menjunjung tinggi toleransi dan dewasa
dalam beragama.
Meski tidak selalu karena miras, tetapi Zaini memandang hadirnya perda Kota
Mataram yang mengatur peredaran miras, dipandang perlu. ''Raperda miras ini
memang pernah diajukan tapi karena kendala teknis, belum bisa rampung,''
katanya. Namun demikian, sebenarnya sudah ada aturan lebih tinggi yang
mengaturnya.
Pada bagian lain Zaini mengklaim, kalaupun ada miras yang beredar di Kota
Mataram, katanya itu berasal dari luar Mataram. Apalagi di Mataram peran tokoh
agama dan tokoh masyakat dinilai mampu meredam hal-hal yang berpotensi
menimbulkan gesekan di kalangan masyarakat. (fit)
Komentar