Program Aspirasi Dewan Tidak Memuaskan
Mataram
(Suara NTB) –
Meski
sudah mengalami peningkatan dalam APBD 2014, kalangan DPRD Kota Mataram rupanya
masih kecewa dengan anggaran yang dialokasikan untuk program aspirasi Dewan. Minimnya
anggaran ini seringkali tidak memuaskan dan tidak mampu menjawab aspirasi
masyarakat. Dimana, masing-masing anggota DPRD Kota Mataram dijatah sekitar Rp
500 juta untuk melaksanakan apa yang menjadi aspirasi masyarakat melalui
program tersebut. Dengan jumlah anggota DPRD 35 orang, maka total anggaran
aspirasi sekitar Rp 17,5 miliar per tahun.
‘’Kalau
berbicara tentang program aspirasi, karena ini landasannya adalah kebutuhan masyarakat
yang riil, maka sesungguhnya anggaran dari program ini, harus disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat,’’ terang anggota DPRD Kota Mataram, TGH. Ahmad
Muchlis. Ia mencontohkan di Lingkungan Mapak masyarakat membutuhkan akses jalan
yang lebih luas, tentu membutuhkan anggaran yang tidak kecil.
Namanya
program aspirasi, lanjutnya, tentu untuk menjawab apa yang menjadi aspirasi
masyarakat. Tetapi nyatanya, hal itu tidak bisa terlaksana akibat minimnya
alokasi anggaran untuk program aspirasi itu. Ia menawarkan jalan tengah yang
bisa ditempuh ketika ada aspirasi dari masyarakat yang tidak bisa terlaksana
lewat program aspirasi, yakni kerjasama dengan eksekutif.
‘’Sebagiannya
dari program aspirasi Dewan, sebagian lagi dari program yang ada di
eksekutif,’’ imbuh Ahmad Muchlis. Ia menyatakan, anggaran aspirasi yang ada
saat ini, meskipun meningkat namun peningkatannya dipastikan tidak signifikan. Sehingga,
ketika ada aspirasi masyarakat yang bernilai Rp 1 miliar, sudah pasti tidak
akan bisa terpenuhi.
Ia
berharap ke depan, program aspirasi ini ada keselarasan dalam hal penganggaran dan
paling tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak eksekutif. Senada dengan Ahmad
Muchlis, anggota DPRD Kota Mataram lainnya, Ahmad Tauhid, SHI., mengatakan, tidak
gampang memenuhi apa yang menjadi aspirasi masyarakat di tengah keterbatasan
anggaran untuk program aspirasi tersebut.
‘’Tidak
bisa kita ukur kondisi anggaran ini dengan kemauan mereka (masyarakat, red),’’
cetusnya. Ahmad Tauhid mencontohkan, saat masyarakat menuntut dibuatkan jalan
hot mix atau drainase, selalu yang menjadi kendala adalah masalah anggaran. Bahkan,
pernah juga ada aspirasi masyarakat yang meminta dibuatkan Poskesdes. ‘’Akhirnya
yang kita berikan kepada mereka (masyarakat, red) adalah yang memungkinkan,’’
imbuhnya.
Menurut
Ahmad Tauhid, jika ditanya berapa anggaran ideal untuk program aspirasi, sangat
relatif. ‘’Sebenarnya, bagi kita (Dewan, red) tidak bisa diukur dengan angka.
Jadi begitu aspirasi masuk, kita langsung masukkan dalam program,’’ terang
Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Mataram ini. Keinginan Dewan, sambungnya, apa yang
menjadi aspirasi masyarakat bisa langsung menjadi program aspirasi.
Sehingga
idealnya, anggaran untuk program aspirasi haruslah fleksibel tanpa dibatasi
dengan angka. Namun demikian, di satu sisi ia memaklumi minimnya anggaran,
karena aspirasi masyarakat tidak saja dilaksanakan melalui program aspirasi
tapi juga MPBM (Musyawarah Pembangunan Berbasis Masyarakat). ‘’Kita berharap
ada alternatif aspirasi yang bisa kita perjuangkan, baik di follow up ke
provinsi maupun pemerintah pusat,’’ tandasnya. (fit)
Komentar