Walikota Diminta Buktikan Penutupan Pasar Beras
Mataram
(Sara NTB) –
Walikota
Mataram, H. Ahyar Abduh tidak hanya berwacana. Ia ditantang membuktikan
janjinya menutup pasar beras Cakranegara. Pasalnya, meski sudah berubah nama
menjadi pasar panglima namun praktik prostitusi di sana diyakini masih ada.
Demikian
disampaikan Wakil Ketua Kota Mataram, I Wayan Sugiartha kepada Suara NTB di Mataram, Selasa (24/6)
kemarin. Ia mendorong Walikota Mataram meniru langkah Walikota Surabaya yang dengan
tegas menutup pusat protitusi terbesar di kota pahlawan itu. ‘’Walikota
Surabaya itu perempuan tapi dia sanggup menutup tempat prostitusi yang begitu
besar di sana. Di Mataram ini, kan
cuma kecil, masak tidak bisa ditutup,’’ tegasnya.
Menurut
Wayan, Dewan sudah minta dari dulu Pemkot Mataram bertindak tegas. ‘’Jangan
hanya operasi satu kali terus berhenti. Ini yang membuat prostitusi itu terus
tumbuh,’’ ucapnya. Pemkot Mataram tak harus mengeluarkan anggaran sebesar
Pemkot Surabaya, jika hendak memberikan mereka santunan ataupun bantuan usaha
kepada eks PSK pasar beras nantinya. Pasalnya, jumlah mereka tidak banyak.
Bahkan,
sambung Wayan, jumlah mereka diperkirakan kurang dari sepuluh orang. Toh
begitu, image pasar beras sebagai
tempat prostitusi masih melekat. ‘’Berikan mereka bantuan usaha, sehingga tak
ada lagi alasan bagi mereka untuk berpraktik seperti itu,’’ pintanya. Masyarakat
sekitar pun sebetulnya risih dan merasa tidak nyaman dengan kondisi itu. Namun
masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena Pemkot Mataram pun terkesan tutup
mata.
Dikatakan
politisi PDI Perjuangan ini, penyebutan nama pasar beras memang sulit
dihilangkan. ‘’Orang boleh sebut pasar beras tapi jangan sampai terjadi praktik
prostitusi lagi,’’ katanya. Sejauh ini belum ada langkah konkret Pemkot Mataram
untuk menghilangkan praktik prostitusi di pasar beras. Pasalnya, pasar panglima
hanya ramai dari pagi sampai sore. Malamnya, tidak ada aktivitas yang
diciptakan Pemkot Mataram di sana.
Kondisi
ini dimanfaatkan oleh PSK untuk bertransaksi. ‘’Disana kan penerangannya minim sekali, jadi suasanya mendukung,’’
imbuhnya. Kondisi ini membutuhkan sikap tegas dari Pemkot Mataram, bukan hanya
razia sekali dua kali tanpa tindaklanjut yang jelas. ‘’Harus ada penanganan
lebih lanjut,’’ tandasnya.
Sebelumnya
Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh menyatakan rencana penutupan pasar beras
memang ada. Katanya, jika Pasar Beras dibandingkan dengan lokalisasi Dolly yang
telah ditutup Walikota Surabaya, sangat berbeda. Dolly adalah lokalisasi besar,
sementara di Pasar Beras menurut Ahyar masih ada beberapa oknum yang
mempraktikkan bisnis prostitusi. Itupun dilakukan dengan diam-diam atau
kucing-kucingan. (fit)
Komentar