Pilkada Kota Mataram



PKS akan Usung Balon Walikota yang Mampu Memajukan Mataram


Mataram (Suara NTB) –
DPD PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Kota Mataram akan segera melakukan rapat internal untuk membahas secara serius persiapan Pilkada Kota Mataram. PKS memastikan akan ambil bagian dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.

Ketua DPD PKS Kota Mataram, Abdul Malik Thalib yang ditemui di rumahnya, Sabtu (2/8) mengungkapkan, partainya dalam waktu dekat akan melakukan rapat dengan seluruh kader partai. Seperti halnya parpol lain, PKS berkeinginan mengusung kadernya sebagai bakal calon Walikota Mataram. ia memprediksi untuk Pilkada Kota Mataram tahun 2015 mendatang akan banyak balon-balon yang bermunculan sehingga persaingan akan semakin ketat.

PKS, lanjut Abdul Malik Thalib, tidak akan gegabah dalam mengusung balon. Kehati-hatian ini berkaca dari pengalaman Pilkada 2010 lalu. Dimana kala itu, PKS menjadi salah satu parpol pengusung paket AMAN (H. Ahyar Abduh – H. Mohan Roliskana). Lima tahun menjadi mitra koalisi yang menghantarkan kemenangan AMAN menjadi Walikota dan Wakil Walikota Mataram periode 2010 – 2015, menyisakan catatan tersendiri bagi PKS.

PKS merasa ditinggalkan AMAN. ‘’Komunikasi intens hanya setahun, setelah itu tidak ada komunikasi lagi,’’ aku Abdul Malik Thalib. Bahkan PKS, lanjutnya, nyaris tidak pernah diajak berkoordinasi apalagi diminta pendapat terhadap program pembangunan di Mataram yang menjadi janji kampanye AMAN kala itu. Kendati demikian, Abdul Malik Thalib menegaskan, meski sudah dikecewakan, bukan tidak mungkin PKS akan berkoalisi kembali dengan parpol yang sama.

‘’Tapi nanti kita mau buat perjanjian hitam diatas putih supaya tidak seperti ini lagi,’’ ucapnya. Terkait balon Walikota Mataram, Abdul Malik Thalib membeberkan kriteria yang diinginkannya. Antara lain balon Walikota yang diusung PKS nantinya harus mempunyai konsep yang jelas bagaimana mengubah Kota Mataram menjadi lebih maju.

Ia menilai aktivitas pembangunan di Mataram dalam empat tahun terakhir terkesan monoton. Kalaupun ada perubahan, sangat minim. Selain itu, pemangku kebijakan dianggap kurang tegas terhadap pembantu-pembantunya. ‘’Kepala-kepala dinas yang bermasalah tidak diganti,’’ cetusnya kecewa. (fit)

Komentar