Bertambahnya Rumah Kumuh



Dewan Curiga SKPD Sampaikan Laporan ABS


Mataram (Suara NTB) –
bertambahnya rumah kumuh di Kota Mataram yang diklaim Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh ada kesalahan pendataan dan salah sasaran, menjadi atensi DPRD Kota Mataram. Wakil Ketua DPRD Kota Mataram, I Wayan Sugiartha kepada Suara NTB Minggu (19/10) mengatakan, pihaknya menduga bertambahnya jumlah rumah kumuh di Mataram karena ulah SKPD yang tidak memberikan data valid kepada Walikota.

Bahkan ia mensinyalir pihak terkait menyampaikan laporan yang baik-baik saja alias ABS (asal bapak senang, red) kepada Walikota. Sehingga ketika ada pendataan kembali, jumlah yang muncul ke permukaan justru membengkak.

Kemungkinan lainnya, kata Wayan Sugiartha, pada saat pendataan, ada beda standar atau persepsi mengenai kriteria rumah kumuh. Seperti halnya Walikota, Politisi PDIP ini juga mengaku heran kalau jumlah rumah kumuh di Mataram bertambah. ''Kok bisa bertambah,'' tanyanya. Padahal program untuk mengintervensi rumah kumuh di Mataram tidak kurang-kurang. Untuk itu, mestinya ada kriteria yang jelas mengenai rumah kumuh.

Sebab, lanjutnynya, di masing-masing kementerian yang notabene menjadi sumber anggaran penanganan rumah kumuh, besarnya bantuan bervariasi. ''Ini yang harus disosialisasikan supaya tidak menimbulkan kecemburuan,'' pintanya. Karena yang diketahui masyarakat, jumlah bantuan seragam. ''Kordinasi harus ditingkatkan, jangan jalan sendiri-sendiri,'' pungkasnya.

Senada dengan Wayan Sugiartha, Wakil Ketua DPRD Kota Mataram, Muhtar, SH., mengatakan, rumah kumuh di Mataram seharusnya berkurang. Apalagi program Pemkot Mataram terkait penangan rumah kumuh tersebar di sejumlah SKPD. Seperti BPM (Badan Pemberdaan Masyarakat), Dinas PU, Disosnakertrans dan Baznas Kota Mataram. Meskipun demikian, ia tidak memungkiri kalau rumah kumuh di Mataram masih cukup banyak. ''Kenapa bertambah, ya mungkin saja karena salah sasaran,'' ucapnya.

Bantuan rumah kumuh salah sasaran, tidak terlepas bagaimana pendataan kepada calon penerima manfaat dilakukan. ''Rumah yang masih layak didata, sementara yang kumuh tidak tersentuh,'' ungkapnya. Ia mencontohkan kawasan Pesisir Ampenan. Selain itu, masih banyak lingkungan di Ampenan yang rumah kumuhnya belum tertangani. Seperti Kebon Sari, Kebon Talo dan Ampenan Utara. Kemungkinan, rumah kumuh di daerah-daerah tersebut luput dari perhatian.

Sehingga ketika pendataan, jumlahnya justru membengkak. Dikatakan muhtar, dalam melakukan pendataan rumah kumuh hendaknya melibatkan aparat di tingkat terbawah seperti Kepala Lingkungan dan RT. ''Manfaatkan mereka. Mereka yang lebih tahu,'' demikian Muhtar. Menurut dia, pola pendataan perlu dibenahi. Sebelumnya, Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh mengatakan, bertambahnya rumah tidak layak huni karena adanya kesalahan data dan sasaran dari masing – masing SKPD. Walikota juga heran dengan bertambahnya rumah tidak layak huni di. Padahal Pemkot Mataram, Provinsi dan Pusat terus menganggarkan bantuan tersebut. (fit)

Komentar