Tinggalkan Sistem Blangko



MUNCULNYA aksi saling klaim terkait pajak reklame memunculkan sejumlah pendapat. Seperti mengemuka dalam rapat kerja Komisi II DPRD Kota Mataram dengan dua SKPD, masing-masing Dinas Pertamanan Kota Mataram dan BPMP2T (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu) Kota Mataram. Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram, Misban Ratmaji mengusulkan supaya SKPD-SKPD yang berhubungan dengan perizinan maupun PAD (Pendapatan Asli Daerah), agar meninggalkan sistem blangko yang selama ini terkesan begitu dibanggakan di Mataram.

Misban Ratmaji kepada Suara NTB usai rapat kerja tersebut, Jumat (10/10) mengatakan, sudah saatnya Pemkot Mataram memberlakukan sistem komputerisasi di seluruh SKPD. Selain mencegah kebocoran, juga akan meningkatkan pengawasan terhadap perizinan berikut PAD yang masuk ke kas daerah. ‘’Sekali dientry itu akan masuk ke mana-mana,’’ ujarnya.

Sementara kalau masih menggunakan sistem blangko seperti sekarang ini, sangat manual sekali. ‘’Blangko itu sudah ndak zamannya lagi,’’ cetus Ketua Fraksi Keadilan DPRD Kota Mataram ini. Oleh karenanya, ia mengusulkan, untuk berbagai keperluan terkait administrasi, mulai dari tanda terima, permohonan izin, menggunakan sistem komputerisasi.

Misban yakin, dengan pola komputerisasi akan lebih mempermudah pengawasan. Termasuk mempermudah para pemohon izin karena dengan sistem komputerisasi tentu bisa diakses dari mana-mana. ‘’Kita harapkan, kalau izin sudah masuk, bisa membayar lewat ATM,’’ cetusnya. Ia meminta data Simda supaya dikembangkan ke seluruh SKPD. Maksudnya, agar semua proses administrasi dilakukan dengan online sistem.

Karena tidak melulu terkait izin dan pajak, pembelian inventaris di kantor-kantor kelurahan bisa terakses langsung. Karenanya Pemkot Mataram harus segera membuat sistem yang mempermudah pelayanan kepada masyarakat. ‘’Tidak perlu disimpan. Tidak perlu pengadaan blangko,’’ imbuhnya. Sehingga ke depan Pemkot Mataram bisa melakukan efisiensi anggaran.

Setidaknya anggaran untuk mencetak blangko bisa dihemat. Disampingi dianggap buang-buang waktu melakukan pencetakan blangko, Pekot Mataram tentu direpotkan karena harus menyiapkan gudang untuk menyimpan arsip. ‘’Jangan-jangan lebih mahal biaya buat gudangnya daripada nilai kertas yang disimpan disana,’’ pungkasnya. (fit)

Komentar