Butuh Terobosan Katrol IPM



RILIS BPS (Badan Pusat Statistik) NTB yang menempatkan IPM NTB pada urutan 33 dari 34 Provinsi Se-NTB, cukup mengejutkan warga daerah ini. Pada tataran masyarakat, IPM NTB yang melorot dari posisi 32 menjadi 33 bahkan cenderung stagnan mengindikasikan tidak ada perkembangan signifikan terhadap pembangunan di bidang-bidang yang menjadi tolak ukur IPM.

Meskipun dari segi ekonomi, NTB cukup baik, namun nyatanya pada bidang-bidang lainnya masih keteteran. Seperti pada bidang pendidikan. Dimana menurut data yang dikutip dari BPS NTB, bahwa 50 persen lebih ibu-ibu di NTB status pendidikannya tidak tamat SD. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, tentu banyak keterbatasan yang dimiliki.

Demikian juga dengan kesehatan, angka kematian ibu dan bayi disebutkan masih tinggi. Indikator kesehatan lingkungan masih kurang baik, dilihat dari angka BAB sembarangan di NTB relatif tinggi, hampir 50 persen. Rumah tangga yang mendiami rumah kurang sehat juga masih cukup besar, hampir 80 persen. Kesehatan ibu yakni akibat pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan masih kurang.

Persentase ibu hamil yang tidak melaksanakan kehamilan di tenaga kesehatan juga masih besar. Selain itu, banyak perempuan di NTB yang menikah muda dan berpendidikan SD atau tidak tamat SD, sehingga pengetahuan mereka tentang kesehatan rendah. Tantangan yang tak kalah besar adalah persentase penduduk usia 15 tahun yang buta huruf masih tinggi. Persentase drop out penduduk usia 15 relatif tinggi, terutama pada jenjang SD. Penduduk usia 15 tahun yang berijazah minimal SD relatif rendah dibanding wilayah lain.

Namun seperti yang pernah terjadi tahun sebelumnya, data BPS ini selalu dibantah Pemprov NTB. Padahal, Pemprov seharusnya legowo atas data itu. Karena BPS dalam merilis data apapun, tentu melalui analisis dan kajian yang sungguh-sungguh. Sebaiknya setelah mengetahui posisi IPM NTB, para pemangku kebijakan di daerah ini harus sudah mulai merancang berbagai aksi untuk memperbaiki IPM NTB yang berada di bawah Papua Barat.

Jangan justru sibuk menyalahkan lembaga resmi yang menerbitkan data itu. Harus ada kebesaran jiwa dari pemimpin daerah ini untuk menerima kenyataan. Kalau Pemprov terus menyalahkan data BPS misalnya, lalu kapan daerah ini akan mampu mengejar ketertinggalan dari daerah lain.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan Pemprov NTB, untuk menekan kelemahan-kelemahan yang membuat IPM NTB masih bertengger di posisi buncit dibutuhkan kekuatan lebih dari pemerintah untuk memperbanyak infrastruktur. Baik fasilitas dan sarana-sarana pendidikan pada masyarakat, maupun fasilitas penunjang kesehatan bagi masyarakat. (*)

Komentar