SIKAP
PT. Pasific Cilinaya Fantasi yang masih melakukan tawar menawar nilai royalti
yang menjadi hasil kajian tim akademisi yang digandeng Pemkot Mataram,
disesalkan kalangan dewan. Anggota Komisi II DPRD Kota Mataram, I Wayan Wardana
kepada Suara NTB di DPRD Kota
Mataram, Senin (9/3) mengatakan, sebetulnya tidak perlu lagi ada tawar menawar
oleh pihak mall. Sebab, nilai royalti yang ditetapkan tim akademisi bisa
dipertanggungjawabkan secara akademik.
''Kalau
jualan baru tawar menawar, ini maunya untung saja,'' sindirnya. Karenanya, Wardana
mengimbau Pemkot Mataram agar langsung melaksanakan apa yang menjadi keputusan
tim akademisi terkait nilai royalti. Alasan mall menolak nilai royalti hasil
kajian tim akademisi menurut politisi PDIP ini, kurang pas.
Pasalnya,
dalam dunia usaha pasti ada persaingan, termasuk dengan akan munculnya
mall-mall baru yang dianggap akan menjadi saingan Mataram Mall. Mestinya mall
tidak bermental takut bersaing sehingga menjadikan itu sebagai alasan menolak
nilai royalti hasil kajian tim akademisi Unram.
Ia
menyayangkan rendahnya tawaran mall terkait nilai royalti. Tim akademisi
menetapkan nilai royalti Mataran Mall paling rendah Rp 300 juta dan paling
tinggi Rp 600 juta, sementara pihak mall hanya menawar Rp 200 juta. ''Kalau seperti
ini kan artinya membuka peluang untuk
kita main kucing-kucingan jadinya,'' cetusnya. Ia berharap Pemkot tegas
laksanakan hasil kajian tim akademisi. Wardana berpandangan tidak perlu lagi
ada tawar menawar.
Wardana
menilai pihak mall sengaja menggunakan jurus ''tarik ulur'' untuk melemahkan Pemkot
Mataram. Soalnya, lanjut Wardana nilai royalti rp 150 juta per tahun sudah
sangat tidak relevan dengan kondisi saat ini. Ia menegaskan Pemkot jangan
terpaku pada satu investor saja.
Artinya,
kalau memang mall tidak mau melaksanakan hasil kajian tim akademisi, Pemkot perlu
memikirkan mencari investor lain. Sebagai kota berkembang, investor di Mataram tidak
sedikit. Jangan sampai ada kesan Pemkot terlalu bergantung pada investor yang
itu-itu saja. ''Dan kita juga jangan ikut dalam permainan investor itu,''
tandasnya. Dengan kengototan mataram mall menolak nilai royalti mataram mall
yang menjadi hasil kajian tim kademisi dinilai sebagai sikap tidak mau
berpartisipasi membangun daerah. (fit)
Komentar