Ragukan Data BPS



PENANGANAN kemiskinan masih saja dihadapkan pada persoalan-persoalan klasik. Dimana Pemda kerap beralasan bahwa substansi dari penurunan angka kemiskinan berasal dari kebijakan pemerintah pusat. Contohnya kenaikan BBM yang diikuti dengan kenaikan harga bahan pokok.

Namun di satu sisi, kata anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, I Gusti Bagus Hari Sudana Putra, SE., Pemda sebagai perpanjangan pemerintah pusat mestinya mempunyai satu inovasi yang betul-betul bisa mengangkat harga dan martabat masyarakat dari sisi ekonomi. Ia mencontohkan pemberian bantuan sosial kepada masyarakat jangan sekadar pencitraan.

Penanganan kemiskinan harus menjadi komitmen sejak Walikota dan Wakil Walikota menjabat. Artinya harus dilanjutkan secara berkesinambungan. Gus Hari mencontohkan pemberian bantuan peralatan kepada kelompok usaha masyarakat hendaknya mampu memberi efek domino meningkatnya kesejahteraan masyarakat. ‘’Dan itu sebenarnya yang menjadi tolak ukur angka kemiskinan akan turun,’’ ujarnya.

Penanganan kemiskinan lanjut politisi Demokrat ini, tidak akan selesai pada data BPS saja. Ia sangsi apakah benar petugas BPS turun ke masyarakat. Lantas bagaimana cara menilainya. ‘’Apakah random atau berdasarkan laporan dari lingkungan-lingkungan,’’ tanyanya. Gus Hari meragukan data kemiskinan yang disuguhkan BPS Kota Mataram. Meskipun data dari BPS ini diakui secara resmi oleh pemerintah.

Ia mengimbau instansi yang berkutat di bidang data, kalau memang mengambil data kemiskinan, ia mengimbau polanya jangan seperti lembaga survei. ‘’Lembaga survei itukan kecenderungannya untuk hal yang bersifat politis. Jadi kalau kita survei orang miskin, harus yang benar-benar miskin,’’ terangnya. BPS sebagai lembaga yang melakukan sensus orang miskin, harus punya tanggung jawab moral.

Gus Hari menyarankan, dalam melakukan pendataan orang miskin, instansi terkait agar menggandeng mahasiswa. Memang, katanya, pemerintah tidak bisa serta merta menangani semua orang miskin yang ada di 50 kelurahan di Mataram. Namun paling tidak harus ada konsep yang jelas terkait hal itu. Kemiskinan selalu berkutat pada masalah kebutuhan pokok.

Pemda jangan selalu berlindung dibalik akibat kebijakan pemerintah pusat. ‘’Lantas apa inovasi pemerintah daerah sebagai perpanjangan tangan pusat,’’ tandasnya. (fit)

Komentar