KETUA
Komisi II DPRD Kota mataram, Drs. HM. Zaini meminta Dishubkominfo Kota Mataram
konsisten terhadap potensi parkir di Kota Mataram. Permintaan ini menyusul
langkah yang diambil SKPD pimpinan Drs. H. Khalid ini yang katanya menggandeng
akademisi untuk menghitung potensi parkir di Kota Mataram.
‘’Sekarang
kita minta datanya dan data itu harus jelas,’’ tuturnya. Terhadap hasil
perhitungan potensi parkir itu nantinya, ada dua cara pengeloaan yang bisa
dilakukan Dishubkominfo. Pertama menggunakan target dan yang kedua menggunakan
karcis. Pasalnya dalam Perda Kota Mataram tentang perparkiran diatur tentang
pemungutan retribusi dengan menggunakan karcis.
Meskipun
pada praktinya di lapangan, hingga hari ini, pola pemungutan retribusi parkir
tepi jalan umum dengan sistem karcis, tidak terlaksana. ‘’Awalnya memang
dikombinasikan oleh Dishub. Ada yang menggunakan target dan ada yang
menggunakan karcis. Tapi lama-lama karcis ini hilang,’’ akunya. Meskipun tidak
mengamini bahwa hilangnya penggunaan karcis membuat potensi parkir di Kota
Mataram tidak terlacak.
‘’Inikan
banyak kebocoran di sana sini. Dimana dia (kebocoran, red) sebenarnya. Ini yang
sedang kita telaah lebih jauh,’’ ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat ini. Untuk
itu langkah menggandeng akademisi yang disebut Zaini sebagai terobosan bersama
antara eksekutif dan legislatif, dipandang cukup baik. Ini merupakan langkah
awal memaksimalkan potensi parkir tepi jalan umum.
Memperkuat
hasil perhitungan potensi parkir, Dewan saat ini tengah menggodok raperda
pengelolaan parkir. Potensi yang tidak bisa terlaksana, lanjutnya,
mengindikasikan adanya kebocoran. Secara logika, antara potensi dan target
nantinya harus dekat. Zaini berharap, realisasi dari potensi itu, tidak
melenceng terlalu jauh. ‘’Kalau itu sampai terjadi, ada kebocoran-kebocoran
atau manajemen yang salah,’’ katanya.
Untuk
itu, ketika Dishubkominfo memutuskan penghitungan potensi parkir melibatkan
akademisi, maka Pemkot Mataram juga harus konsisten melaksanakan hal tersebut. Pasalnya,
untuk melibatkan akademisi juga membutuhkan anggaran. ‘’Tidak gratis,’’
cetusnya. (fit)
Komentar