Anggaran Kemiskinan di Mataram Diduga Banyak Mubazir

Mataram (Suara NTB) –
Kalangan DPRD Kota Mataram mengapresiasi besarnya perhatian Pemkot Mataram terhadap kemiskinan di Kota Mataram. Ini terbukti dengan besarnya anggaran yang disiapkan dalam APBD Kota Mataram untuk mendanai pengentasan kemiskinan. Dimana anggaran pengentasan kemiskinan yang parkir di dua SKPD, masing-masing Dinas PU Kota Mataram dan Dinas Koperindag (Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan) Kota Mataram mencapai Rp 30 miliar.

Sayangnya, menurut Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Mataram, I Nyoman Yogantara, anggaran pengentasan kemiskinan ini diduga banyak habis di tengah jalan. Pasalnya, tidak sedikit anggaran yang seharusnya untuk mengentaskan kemiskinan justru tercecer begitu saja. Ini, sambung politisi PDI Perjuangan ini karena masih banyak masyarakat yang mengaku-ngaku dirinya miskin pada saat dilakukan pendataan orang miskin.

Kondisi ini diperparah dengan masih adanya oknum aparat di tingkat bawah yang mengakomodir sanak familinya meskipun mereka itu tidak termasuk dalam katagori miskin. ‘’Yang seharusnya mendapatkan, tidak tersalurkan. Duluan habis dananya. Ndak tepat sasaran,’’ katanya. Yogantara mendorong Pemkot Mataram melakukan pembenahan data orang miskin sehingga anggaran pengentasan kemiskinan tidak menjadi sia-sia.

Anggota Komisi IV, Lalu Suriadi, SE., berpandangan, melambatnya trend penurunan angka kemiskinan, tidak terlepas dari maraknya kebijakan pemerintah pusat. Mulai dari larangan rapat di hotel, hingga kenaikkan harga BBM. ‘’Fluktuasi rupiah juga melemah,’’ cetusnya. Ditambah lagi dengan harga-harga yang merangkak naik dan pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif.

Kondisi ini jelas mempengaruhi daya beli masyarakat. Ia mencontohkan masyarakat yang berada d bawah garis kemiskinan sudah terentaskan. Lalu, karena dampak kebijakan nasional, bias jadi masyarakat itu menjadi kembali miskin. Sebelum adanya kebijakan pemerintah pusat yang ‘’mengganggu’’ pemerintah daerah, progres pengentasan kemiskinan menunjukkan trend meningkat.

Ia mengaku miris dengan kondisi tersebut. Apalagi pekerja harian, diperkirakan tidak bisa mengejar berbagai kebijakan pemerintah pusat yang mau tidak mau berdampak pada perekonomian masyarakat. Ia mengusulkan agar anggaran kemiskinan dalam APBD ditambah agar penurunan kemiskinan semakin konkret. (fit)


Komentar