SB: Saya Tidak Pernah Bawa Nama Institusi
Mataram
(Suara NTB) –
Oknum
anggota DPRD Kota Mataram, SB yang dituding warga membekingi pembangunan
Rusunawa Amikom, akhirnya angkat bicara ihwal persoalan tersebut. Ditemui Suara NTB di ruang kerjanya, SB
membantah kalau pihaknya menjadi beking untuk memuluskan pembangunan Rusunawa
Amikom.
SB
juga menegaskan, dirinya tidak pernah membawa-bawa nama institusi dalam hal ini
DPRD Kota Mataram dalam pertemuan terkait pembangunan Rusunawa berlantai empat
itu. Justru, kata SB, dalam pertemuan tersebut kapasitasnya sangat jelas sebagai
Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Kelurahan Kekalik Jaya. Sehingga ia
merasa perlu meluruskan apa yang disampaikan warga.
SB
mengaku, dirinya sudah dihubungi anggota Badan Kehormatan DPRD Kota Mataram, I
Gusti Bagus Hari Sudana Putra untuk mengkonfirmasi perannya dalam pertemuan
itu. Unsur pimpinan Komisi III DPRD Kota Mataram ini menjelaskan bahwa tanggal
18 Juni 2015 lalu, dirinya diundang Lurah Kekalik Jaya untuk menghadiri
pertemuan di rumah salah seorang warga bernama H. Marzuki.
Dalam
pertemuan itu, Lurah Kekalik Jaya Faturrahman menyampaikan bahwa pembangunan
rusunawa itu merupakan program dari pemerintah pusat. Amikom dalam hal ini sebagai
penerima. ‘’Itu Pak Lurah yang menyampaikan. Bahwa Amikom mendapat hibah
pembangunan Rusunawa dari Kemenpera sebanyak empat tingkat,’’ tuturnya.
Rusunawa ini diperuntukkan bagi mahasiswa.
Memang,
lanjut SB, Lurah Kekalik Jaya sempat mensosialisasikan pembangunan rusunawa itu
kepada warga, tetapi ditolak warga. Lurah bercerita sudah empat kali melakukan
pertemuan dengan warga. ‘’Jadi di sana, saya tidak pernah menyebutkan diri saya
sebagai anggota Banggar. Pak Lurah memperkenalkan saya sebagai Ketua LPM yang
juga anggota Dewan dan Banggar DPRD Kota Mataram,’’ terangnya.
Pertemuan
yang berikutnya tidak dihadiri warga yang berkeberatan itu menyimpulkan bahwa
delapan poin yang dipersoalkan itu, tidak terlalu prinsip. Seperti takut tidak
kebagian sinar matahari dan sebagainya. Terkait kekhawatiran akan hilangnya
mata pencaharian warga yang memiliki usaha kos-kosan, menurut SB, Direktur
Amikom Mataram sudah menjelaskan bahwa mahasiswa yang bias tertampung di
rusunawa itu tidak lebih dari 150 orang. Sementara Amikom memiliki 1.600
mahasiswa. (fit)
Komentar