Jangan Tunggu Kasus

Lalu Suriadi
ANGGOTA Komisi IV DPRD Kota Mataram, Lalu Suriadi, SE., prihatin dengan kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) yang menyerang 47 dari 50 kelurahan di Kota Mataram. Apalagi, Kota Mataram sebenarnya sudah masuk kategori KLB (Kejadian Luar Biasa) DBD. Namun menurut Suriadi, letak persoalannya bukan pada KLB atau tidaknya Kota Mataram, tetapi bagaimana DBD ini ditangani dengan serius.

Menurut Suriadi, kekhawatiran masyarakat terhadap BDB, sudah sangat tinggi. ‘’Fenomena DBD ini lain. Masyarakat mengaku sehat, ternyata itu bagian dari proses DBD sehingga nyawa melayang sia-sia,’’ ujarnya kepada Suara NTB di Mataram, Jumat (15/4). Ia menganggap kinerja Dikes (Dinas Kesehatan) Kota Mataram terhadap penanganan DBD, masih belum berimbang.

Antara kejadian dan penangan, lanjut Suriadi, belum berbanding lurus. ‘’Ini apakah faktor SDM nya ataukah kemampuan,’’ tanyanya. DBD, kata politisi PAN ini, tidak terlepas dari persoalan kebersihan lingkungan. ‘’Masalah pengelolaan sampah kan menjadi bagian dari itu (DBD, red),’’ katanya. Mestinya, kata Suriadi, pengelolaan sampah dapat dilakukan secara komprehensif.

Melihat kenyataan bahwa hamper semua kelurahan di Mataram sudah masuk zona merah DBD, Suriadi menyarankan kepada Dikes untuk melakukan aksi fogging atau pengasapan secara menyeluruh. Memang selama ini, fogging ditekankan untuk daerah endemik DBD. Artinya upaya itu dilakukan setelah ditemukan ada kasus di kelurahan bersangkutan.

Tetapi pada kenyataannya, semua kelurahan menjadi rawan karena mayoritas kelurahan sudah masuk dalam kategori zona merah DBD. ‘’Kita pahami, memang akan sia-sia dilakukan fogging di suatu daerah kalau di sana tidak ada kasus. Tetapi paling tidak, daerah yang dekat dengan daerah endemik DBD, dilakukan fogging,’’ terang anggota Dewan dari daerah pemilihan Selaparang ini.


Suriadi berharap, Dikes tidak menunggu ada kasus baru mau melakukan fogging. Dengan data bahwa 47 kelurahan sudah terserang DBD, maka tidak ada alasan lagi bagi Dikes untuk tidak melakukan fogging massal. Suriadi menyebutkan, kinerja Dikes, khususnya dalam penanganan DBD, sangat buruk. Ia mencontohkan, bahwa pemahaman masyarakat terhadap siklus DBD, masih rendah. Jatuhnya korban jiwa, salah satunya karena penanganan yang terlambat, juga berkaitan dengan pemahaman masyarakat mengenai siklus DBD. (fit)

Komentar