SENIN (21/11) Pemprov NTB bersama Pemkot Mataram resmi
meluncurkan operasional BRT (Bus Rapid Transit). Gubernur NTB, Dr. TGH. M.
Zainul Majdi bersama Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh dan Wakil Walikota
Mataram, H. Mohan Roliskana berkesempatan mencoba operasional perdana BRT yang
dikhususkan untuk mengangkut pelajar ini.
Bahkan, sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah
terhadap operasional BRT ini, mulai tahun anggaran 2017, Pemprov NTB dan Pemkot
Mataram akan memberikan subsidi kepada Perum Damri sebagai pihak pengelola.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) hanya memberikan
subsidi sampai akhir tahun ini.
Tahun 2017, kata Gubernur, jika pusat
menginginkan pemerintah daerah ikut mendukung maka pihaknya siap. Gubernur
menginginkan BRT sebanyak 25 unit tersebut harus dapat dimanfaatkan secara
maksimal oleh masyarakat, khususnya para pelajar di Kota Mataram. Mengenai
kemungkinan sepinya penumpang umum yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut,
Gubernur menyerahkan sepenuhnya kepada Perum Damri. Menurutnya, Perum Damri
memiliki cara-cara tersendiri untuk menarik penumpang umum.
Sebelum operasional BRT itu, memang banyak kritik
dari berbagai kalangan. Salah satu kritik itu adalah mengenai keberadaan halte.
Pada sejumlah titik pembangunan halte itu dianggap kurang tepat. Sehingga
menyulitkan pelajar untuk bisa cepat sampai ke sekolah dan sebaliknya. Seharusnya,
kalau BRT itu dihajatkan untuk mengangkut penumpang yang notabene kalangan
pelajar, paling tidak halte dibangun di dekat dengan sekolah yang menjadi
sasaran.
Seperti
diketahui, rute koridor I meliputi Senggigi-Mataram-Narmada. Di wilayah Kota
Mataram, rute yang akan dilewati Jalan Sandubaya-Jalan TGH Faisal-Jalan
Brawijaya-Jalan AA Gede Ngurah-Jalan Panca Usaha-Jalan Catur Warga-Jalan
Pendidikan-Jalan Majapahit-Jalan Yos Sudarso-Jalan Niaga-Jalan Energi-Jalan
Saleh Sungkar.
Untuk
rute BRT koridor II meliputi Terminal Mandalika-Jalan TGH. Faisal-Jalan TGH.
Saleh Hambali-Jalan TGH. Ali Batu-Jalan TGH. M. Rais-Jalan Dr. Sujono-Jalan
Arya Banjar Getas- Jalan Energi-Kebon Roek-Jalan Adi Sucipto/Rembiga-Lingkar
Utara/Sayang-Sayang-Sweta-Terminal Mandalika. Sedangkan Koridor III yaitu
Gunung Sari (Lombok Barat)-Rembiga-Jalan Udayana-Jalan Airlangga-Jalan Gajah Mada-Bundaran
Lingkar Selatan-Parampuan. Dan rute koridor IV meliputi wilayah
Sayang-Sayang-Jalan Jenderal Sudirman (Rembiga)-Monjok-Jalan Bung Hatta-Jalan
Bung Karno (Karang Jangkong)-Jalan Bung Karno (Pagutan)-Karang Genteng-Dasan
Cermen-Labuapi-Rumak, Lombok Barat.
Harapan
lain yang muncul dengan beroperasionalnya BRT adalah, bahwa angkutan massal
tersebut mampu mengurai kemacetan yang terjadi di Mataram. Pada jam-jam
tertentu, kemacetan sudah mulai dirasakan di Mataram. Seperti pada jam pulang
sekolah. Karena selama ini, banyak pelajar yang diantarkan oleh orang tuanya,
bahkan membawa kendaraan sendiri ke sekolah. Hal ini jelas sangat berkontribusi
terhadap kemacetan.
Namun
begitu, para pelajar tentu tidak bisa dipaksakan menggunakan BRT. Kecuali, ada regulasi
khusus yang mengharuskan siswa memanfaatkan BRT. Karena para orang tua sudah
pasti akan berhitung mengenai anggaran. Mana yang lebih hemat, apakah
menggunakan BRT atau mengantar jemput anak mereka. Seperti diketahui, tarif BRT
untuk pelajar dibanderol Rp 3.000 per sekali naik. (*)
Komentar