Hj. Bq. Mirdiati |
KALANGAN
Komisi II DPRD Kota Mataram menyayangkan, kondisi pasar tradisional di Mataram,
dari tahun ke tahun terkesan stagnan. Padahal, dengan kondisi yang ada
sekarang, rata-rata pengunjung belum merasa nyaman. Selain penataan yang
semrawut, sejumlah persoalan tak kalah pelik, menghantui pengelolaan pasar
tradisional di Mataram.
‘’Pedagang
masih nyampur dengan parker. Seperti di Pasar Sindu, Pasar Kebon Roek, Pasar
pagesangan dan juga Pasar karang jasi,’’ sebut anggota Komisi II DPRD Kota Mataram,
Hj. Baiq Mirdiati kepada Suara NTB di
ruang kerjanya, Senin (21/11). Belum lagi masalah sampah di kontainer yang
ditempatkan di pasar-pasar. Ia mencontohkan di TPS di depan Pasar Pagesangan
yang hingga siang hari, terkadang sampahnya belum terangkut petugas kebersihan.
‘’Tapi
kepala pasarnya menyebutkan bahwa itu bukan sampah pasar, tetapi sampah dari
masyarakat umum. Sekarang kalau masyarakat lewat sana selalu menutup hidung
karena bau,’’ katanya. Padahal, pihaknya berharap TPS itu tetap bersih seperti
kondisi ketika MTQ tingkat nasional di Mataram belum lama ini. Karena TPS itu
berada dekat dengan pasar, lanjut Mirdiati, paling tidak, itu juga menjadi
tanggung jawab kepala pasar setempat.
Dari
hasil kunjungan kerja dalam daerah Komisi II DPRD Kota Mataram ke Dinas
Koperindag Kota Mataram yang menghadirkan seluruh kepala pasar tradisional,
Mirdiati berkesimpulan, bahwa kepala pasar belum mampu mengatasi kesemrawutan
yang terjadi di pasar. Adanya pedagang yang berjualan di lahan parkir, menurut
kepala pasar karena para pedagang yang seharusnya berjualan di lantai atas,
enggan menempati. Mereka lebih memilih berjualan di area parkir.
Alasannya,
kalau mereka berjualan di atas, pembeli tidak mau naik dan juga pedagang harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar buruh panggul yang membantu mereka
menaikkan barang ke lantai atas. Sebenarnya, demikian Mirdiati, kondisi ini
dapat diatasi kalau saja kepala pasar memiliki ketegasan terhadap para
pedagang. Karena kalau menuruti apa yang menjadi keinginan para pedagang, tentu
akan menimbulkan kesemrawutan seperti saat ini.
Anggota
Dewan dari Fraksi partai Gerindra ini menilai, besarnya retribusi pasar tidak
sebanding dengan penataan pasar tradisional yang masih kumuh. Ia berharap ke
depan Pemkot Mataram dapat memberikan kenyamanan terhadap penunjung pasar
tradisional. (fit)
Komentar