Sebaiknya Diserahkan ke Daerah

Gus Arik
KEPUTUSAN presiden bahwa UN (ujian nasional) berlanjut, memunculkan beragam pendapat di kalangan anggota DPRD Kota Mataram. Anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, I Gusti Bagus Hari Sudana Putra, SE., kepada Suara NTB di Mataram, menyampaikan, bahwa sebagai indikator untuk mengukur kelulusan siswa, UN masih layak diadakan. Karena belum ada indikator lain yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat kelulusan.

‘’Jadi kalau sudah ada satu acuan seperti dulu ada EBTA atau Ebtanas, nah itu cocok diberlakukan. Tapi kan sekarang ini ada keraguan dari pemerintah pusat. Karena ada masukan dari PISA (Programme for International Student Assessment),’’ katanya. Dimana hasil survei PISA memperlihatkan bahwa pendidikan Indonesia sudah berada di jalur yang benar dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sehingga, Gus Arik, sapaan akrabnya, menganggap UN tepat jika masih diberlakukan untuk sementara waktu. Tetapi, lanjut dia, ke depan UN perlu dikaji kembali. ‘’Apa yang menjadi tolak ukur. Kalau memang itu diserahkan ke daerah, malah lebih bagus,’’ katanya. Karena bagaimanapun daerah yang paling mengetahui kondisi siswa. Daerah bisa mendistribusikan ujian itu kepada sekolah-sekolah.

Dengan catatan, lanjutnya, bahwa ada kejujuran dari pihak sekolah. ‘’Bahwa tidak boleh memihak dan memberikan penilaian yang objektif,’’ ucapnya. Politisi Partai Demokrat ini berpendapat, indikator penilaian kelulusan, akan lebih baik kalau diserahkan ke daerah. Sebab, kalau masih menggunakan sistem UN, bisa saja tidak relevan dengan kemampuan siswa di daerah-daerah.

‘’Sebetulnya saya mengapresiasi pencabutan UN tapi saya sayangkan kembali diberlakukan kembali,’’ cetusnya. Gus Arik berharap, tahun depan formula yang menjadi indikator kelulusan siswa harus sudah fix. ‘’Dan itu harus dikembalikan ke daerah, dalam hal ini provinsi. Kemudian dijadikan satu regulasi agar kabupaten/kota agar bisa lebih maksimal lagi,’’ pungkasnya.

Ia meyadari, pola ujian yang diserahkan ke sekolah-sekolah bisa saja berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari kalau tidak ada pengawasan yang maksimal. ‘’Kembali lagi saya katakana, bahwa objektivitas guru dan sekolah harus dikedepankan. Karena ujian ini kan kepentingannya bukan untuk mereka, melainkan untuk para siswa,’’ terangnya.

Untuk mencegah terjadinya kecurangan, kata Gus Arik, pemeriksaan hasil ujian harus dilakukan dengan pola raon atau pemeriksaan silang. (fit)


Komentar