Budpar Diminta Tidak Berkutat pada Kegiatan Seremonial

Mataram (Suara NTB) -
Anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, H. Azhar Ansori mendorong Dinas Budpar (Kebudayaan dan pariwisata) Kota Mataram pembenahan objek wisata yang ada. Ini menyusul rusaknya sejumlah fasilitas pendukung di objek wisata yang ada di Kota Mataram. Seperti fasilitas yang ada di TWLB (Taman Wisata Loang Baloq). Hingga kini, fasilitas yang rusak itu tidak kunjung diperbaiki.

Karena seperti diketahui, Dinas Budpar NTB telah menyiapkan anggaran pembenahan destinasi wisata sebesar Rp 13,8 miliar. Dari jumlah itu, Mataram dialokasikan Rp 765 juta. Sayangnya Dinas Budpar dinilai masih berkutat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial.

‘’Sebenarnya kita imbau, baik dari Budpar maupun Walikota untuk memperhatikan secara khusus. Terlebih sekarang kita menjadi ikon NTB,’’ ujarnya kepada Suara NTB di ruang kerjanya, Rabu (22/3). Apalagi dengan label pariwisata halal. Bahkan momentum liburan Raja Salman ke Bali menjadi tanda tanya besar. ‘’Karena Bali dengan Lombok itu dekat sekali,’’ sesalnya. Oleh karena itu, ia mendorong penataan destinasi Kota Mataram menjadi prioritas.

Komisi IV berjanji akan mengawasi pelaksanaan anggaran di Dinas Budpar Kota Mataram. Ini dimaksudkan agar anggaran yang ada dimanfaatkan seefektif mungkin untuk berbenah. ‘’Jangan kemudian hal ini hanya sekedar menjadi titipan. Ini yang sering terjadi,’’ ucapnya. Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan SKPD yang menjadi mitra kerja komisi IV, salah satunya adalah Dinas Budpar Kota Mataram, agar berinisiasi menyukseskan program-program unggulan.

‘’Katakanlah kinerja yang membuat instansi itu berprestasi. Itu yang kita inginkan,’’ katanya. Jangan sampai, ketika Walikota melakukan evaluasi, diketahui ada program yang tidak pas atau bahkan serapan anggaran yang kurang baik. Dinas Budpar Kota Mataram sebenarnya tidak perlu kebingunan akan membuat program apa. Karena, program pariwisata secara nasional pun sudah ada. ‘’Tinggal di break down ke daerah,’’ cetusnya.

Karena kalau hanya program seremonial seperti Festival Mentaram, dianggap mubazir. ‘’Itu kan anggaran besar, hanya sekali setahun. Tidak jelas apa follow up dari kegiatan itu,’’ pungkasnya. Anggota Dewan dari dapil Mataram – Sekarbela ini menyebut bahwa kegiatan seperti Festival Mentaram, tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. ‘’Baik manfaat secara ekonomi maupun pembentukan masyarakat yang berkarakter. Tidak masuk kita ke arah itu,’’ sesalnya.


Dewan, katanya, mendorong bila perlu ada kegiatan rutin sebulan sekali. Supaya karakter masyarakat yang memang punya kearifan lokal bisa dimunculkan. (fit)

Komentar