Dinas
Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Mataram melaporkan realisasi anggaran tahun
2024 dengan total pagu sebesar Rp7.198.819.185. Dari total anggaran tersebut,
masih tersisa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp26.042.193.
Dinas
Damkar berharap adanya perhatian serius dari pemerintah daerah untuk pemenuhan
kebutuhan sumber daya manusia dan peralatan teknis. Hal ini dianggap krusial
agar upaya pencegahan kebakaran bisa berjalan secara efektif dan menyeluruh,
terutama di kota yang terus berkembang seperti Mataram.
Multazam
dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Mataram, mengungkapkan bahwa anggaran tersebut
digunakan untuk dua program utama, yakni program penunjang urusan pemerintahan
daerah dan program teknis, yang mencakup kegiatan pencegahan, pengendalian,
penanggulangan, serta penyelamatan kebakaran dan non-kebakaran.
“Dari
keseluruhan anggaran, lebih dari 60 persen terserap untuk kegiatan rutin dan
belanja pegawai. Sementara untuk kegiatan teknis, seperti pencegahan kebakaran,
hanya sebagian kecil yang terealisasi,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi
IV DPRD Kota Mataram, Senin (14/7).
Salah
satu kegiatan yang belum terlaksana secara optimal adalah inspeksi sistem
keselamatan kebakaran di sektor industri dan perhotelan. Dari alokasi dana
sebesar Rp30 juta, hanya Rp15 juta yang bisa direalisasikan, sisanya tidak
dapat digunakan karena keterbatasan sumber daya manusia dan sarana penunjang.
“Kegiatan
inspeksi itu memerlukan personel bersertifikasi. Saat ini, kami hanya memiliki
dua inspektur bersertifikasi dan 28 petugas pemadam dari ASN, dari total 49
personel. Padahal, hasil asesmen Kementerian Dalam Negeri dan KemenPAN-RB
menunjukkan kami membutuhkan tambahan 101 personel agar bisa menjalankan tugas
secara optimal,” jelasnya.
Meskipun
permohonan penambahan personel telah disetujui di tingkat kementerian,
implementasinya masih bergantung pada keputusan pemerintah daerah. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi Damkar Mataram dalam menghadapi potensi
kebakaran, terutama di wilayah padat dan sektor bisnis seperti hotel dan
pabrik.
Kendala
tidak hanya pada SDM, tetapi juga peralatan teknis yang minim. Hingga saat ini,
Damkar Kota Mataram belum memiliki alat-alat dasar untuk inspeksi instalasi
sistem proteksi kebakaran, seperti alarm pengaman terintegrasi antarlantai.
“Kami tidak punya alat untuk mendeteksi sistem
proteksi kebakaran di hotel bertingkat. Misalnya, dari lantai satu ke lantai
lima, kami tidak bisa menguji sistem alarmnya. Jadi, turun ke lapangan hanya
sekadar melihat kondisi visual saja, tanpa bisa melakukan pengecekan teknis
yang akurat,” kata Multazam.
Ia
menambahkan bahwa pelaksanaan inspeksi hanya akan sia-sia jika dilakukan tanpa
dukungan alat dan personel yang memadai. Dengan sisa anggaran yang terbatas dan
kondisi operasional saat ini, pihaknya lebih memilih untuk tidak menjalankan
kegiatan tersebut secara setengah-setengah.
“Daripada
hanya datang, melihat secara kasat mata, lalu pulang tanpa hasil konkret, lebih
baik kegiatan tersebut tidak kami paksakan. Apalagi, jumlah anggaran yang
tersedia sangat kecil, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan inspeksi yang
profesional dan sesuai standar,” imbuh Multazam.
Komentar